Nasional

Belajar dari Kiai Zaman Dulu Menurut Gus Mus

Jumat, 10 Maret 2023 | 14:30 WIB

Belajar dari Kiai Zaman Dulu Menurut Gus Mus

Mustasyar PBNU, KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. (Foto: Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Zaman mulai berkembang seiring adanya kemajuan, begitu pula dengan sosok ulama atau kiai yang memiliki perbedaan pada zaman dahulu dan sekarang. Hal ini disampaikan oleh Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthofa Bisri (Gus Mus), bahwa pada zaman dahulu banyak kiai yang mendakwahkan agama dengan luwes, namun sekarang banyak ditemui pendakwah yang terlihat keras dan kaku.


Menurut Gus Mus dahulu kiai juga memiliki banyak fungsi, tidak hanya mengajar tetapi juga dapat mengobati penyakit, mencarikan jodoh, memberikan pinjaman uang bagi masyarakat yang ingin meminjam uang.


“Sekarang hal-hal demikian banyak ditangani oleh yang lain, seperti puskesmas, biro jodoh, bank, dan lain-lain. Saat ini fungsi kiai adalah mengajar, kalau tidak mau mengajar maka akan habis kegunaan kiai,” tuturnya dalam Youtube NU Online, Selasa lalu.


Gus Mus menuturkan bahwa kiai-kiai desa pada zaman dahulu memberikan ilmu amaliahnya kepada masyarakat sehingga ilmu amaliahnya orang-orang di desa menjadi sebuah budaya. Bisa dikatakan beragama secara budaya atas dasar kiai-kiai desa yang memberikan pendidikan kepada masyarakat dengan caranya sendiri.


“Kiai selalu memberikan contoh menghormati tamu. Pendidikan kiai zaman dahulu begitu merasuk bagi masyarakat karena dengan metode contoh, dan yang dicontoh kiai-kiai itu adalah Nabi Muhammad saw,” paparnya.


Menurut Gus Mus, kiai zaman dahulu jika mengajar dengan cara mencontohkan dirinya sendiri, sehingga menjadi ilmu amaliah. Karena menurut ayahnya, KH Bisri Musthofa sesuatu bisa dikatakan sebagai ilmu jika diamalkan pula. Ilmu ada yang diamalkan dan disebarkan (nashrul ilmi).


“Nabi Muhammad saw tidak hanya menjadi pengajar saja tapi juga pengamal Al Qur’an pertama kali, seperti mendirikan shalat, dan menjalankan seluruh perintah Allah swt. Termasuk kanjeng Nabi memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada tetangga, dengan tidak memandang muslim atau pun nonmuslim,” ujarnya.


Gus Mus juga menerangkan, jika Allah swt ingin mengambil ilmu dari seseorang yang alim maka Ia akan mengambil juga nyawanya (meninggal). Oleh karena itu dengan adanya acara haul menjadi sebuah pengingat agar jangan sampai para alim ulama habis begitu saja.


Kontributor: Afina Izzati

Editor: Fathoni Ahmad