Berziarah ke Makam Ki Marogan, Sosok Ulama Sekaligus Usahawan
Ahad, 17 Juli 2022 | 07:40 WIB
Ali Musthofa Asrori
Penulis
Palembang, NU Online
Di sela gelaran Kongres Ke-16 Fatayat Nahdlatul Ulama, kurang asyik jika tidak kulineran atau berziarah. Selain surga kuliner, ternyata di Kota Palembang, Sumatra Selatan, terdapat makam keramat yang sering diziarahi warga. Makam tersebut adalah tempat peristirahatan terakhir Ki Marogan, sosok ulama sekaligus usahawan.
Nama lain Ki Marogan adalah Kiai Marogan atau Kiai Muara Ogan. Sosoknya sangat terkenal sebagai seorang ulama penyebar Islam di Palembang, khususnya di sepanjang Sungai Musi, sekaligus usahawan sukses pada 1890 M (1310 H).
Aktivis Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Palembang, Andre Saputra, yang menemani NU Online berziarah ke makam Kiai Marogan, mengatakan bahwa ulama terkenal asal Palembang yang bernama asli Masagus (Mgs) Haji Abdul Hamid bin Masagus Haji Mahmud ini selalu ramai dikunjungi oleh peziarah.
"Apalagi pada saat jelang Ramadhan atau hari-hari besar Islam. Dalam sehari bisa sampai 500 orang, khususnya hari Jumat dan Ahad. Sementara hari biasa tidak seramai dua hari tersebut. Paling sekitar 125-200 orang yang sengaja berziarah," ujarnya, Sabtu (16/7/2022).
Ketua PC IPNU Palembang, Ahmad Hafizh, yang sering berziarah bersama teman-temannya pun membenarkan. "Dulu kata orang-orang tua kami, sebelum ramai dikunjungi peziarah, komplek makam Ki Marogan yang ada sekitar tahun 1905 (Ki Marogan meninggal sekitar tahun 1901) ini hanya dikunjungi oleh kerabatnya saja," ungkapnya.
Akan tetapi, sebagai ulama besar Ki Marogan tentu memiliki murid banyak sekali. Wal hasil, ramailah peziarah yang datang dari berbagai daerah di sekitar Sumsel. "Murid muridnya yang dari Sekayu, OKI, dan lainnya banyak ziarah ke makam beliau," Andre menambahkan.
Saking ramainya, kemudian pihak keluarga memutuskan harus ada juru kunci di makam Ki Marogan ini. "Kata orang tua kami dulu, makam ini tidak ada yang menjaga. Sementara banyak peziarah yang datang. Akhirnya keluarga memutuskan harus ada juru kunci di kompleks makam ini," tutur Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang ini.
Adanya juru kunci (kuncen) di makam Ki Marogan, lanjut dia, agar tidak ada peziarah yang melakukan perbuatan syirik seperti meminta-minta kepada arwah leluhur ketika berziarah ke makam ulama Palembang ini.
"Kuncen biasanya mengingatkan peziarah agar tidak ujuk-ujuk langsung berziarah. Akan tetapi, disarankan untuk ambil air wudhu dulu. Setelah itu shalat Tahiyatul Masjid dua rakaat dulu atau salat dhuha, sesuaikan waktunya saja," ujarnya seraya tersenyum.
Menurut Andre, di kompleks makam Ki Marogan ini tidak hanya terdapat makam Ki Marogan sendiri. Akan tetapi, peziarah juga mendapati makam adik kandung Ki Marogan yang biasa disebut Kiai Muda.
"Yang utama itu ada makam Ki Marogan kemudian makam adik beliau atau Kiai Mudo, istri dan anaknya yang di Palembang yaitu Datuk H Muhammad Usman, Datuk Usman ini anak dari pernikahan Ki Marogan dengan Raden Ayu Salma," tuturnya sembari menunjukkan silsilah yang terpasang di dinding makam.
Ia menambahkan, berziarah ke makam Ki Marogan tidak dikenakan biaya sepeser pun. "Kuncen tidak pernah meminta, tapi kalau sukarela diterima. Sedekah dari peziarah biasanya dimanfaatkan untuk perawatan makam agar tetap bersih dan nyaman," kata pria bergelar Ki Agus ini.
Menurut salah seorang kuncen, peziarah makam Ki Marogan ini tidak hanya datang dari Palembang atau wilayah Sumsel. Akan tetapi, ada yang sengaja datang dari mancanegara, antara lain Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Berziarah ke makam ulama, tentu memiliki banyak nilai positif. Antara lain, melap-lap tradisi NU sekaligus meneladani kiprah sosok yang kita ziarahi. "Terpenting adalah mengingat kematian sekaligus belajar dari sejarah ulama masa lalu," tuturnya.
Lokasi makam Ki Marogan berada di Jalan Inklaring, Kertapati, Kecamatan Kertapati, Kota Palembang. Jika ingin menuju makam menggunakan ojek daring, pengunjung tinggal mengetik 'Masjid Ki Merogan', lokasi makam tepat di sebelah Masjid Ki Merogan/Marogan.
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua