Nasional NGAJI TASAWUF PBNU

Bungkus Agama Lebih Menipu dari yang Lain

Selasa, 15 Januari 2013 | 10:10 WIB

Jakarta, NU Online
Semua hal selain Allah adalah kepalsuan. Tak setiap manusia menyadarinya. Inilah tugas berat para penempuh jalan tasawuf. Hati mereka dituntut bersih dari rasa bangga tak hanya atas kekayaan dan kedudukan tapi juga prestasi keagamaan.
<>
Pesan ini muncul dalam pengajian rutin tasawuf yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di ruang Ketua Umum PBNU sekaligus pengasuh pengajian KH Said Aqil Siraj, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (14/1) malam.

Kang Said menjelaskan, Syaikh Ma’ruf al-Kurkhi mendefinisikan tasawuf sebagai penggapaian Kebenaran Sejati dan keberpalingan diri dari semua bentuk kepalsuan. Namun, tak sedikit penghuni dunia ini cenderung berlaku sebaliknya, menduakan Tuhan dan asyik berkubang dalam ketidaksejatian.

”Padahal di dunia ini 99,9% palsu semua. Kepalsuan kita ada yang dibungkus dengan jas dan dasi; ini masih mending karena terlihat terang dan jelas. Ada yang dibungkus pakai sorban dan jenggot; ini yang paling sulit, karena tidak terasa,” katanya.

Doktor Universias Umml Qura Mekah ini juga mendasarkan pendapat tersebut pada surat Luqman ayat (33) yang memperingatkan manusia untuk tidak tertipu oleh kehidupan dunia dan ketaatan beribadah. Kepalsuan, menurut Kang Said, meliputi banyak hal.

”Ada kepalsuan yang ditutupi dengan ilmu. Ada yang ditutup dengan kedudukan, jadi ketua umum PBNU. Ada yang ditutup dengan ibadah, jidatnya item. Ada yang ditutup dengan keturunan, jadi habib atau gus/lora (putra kiai). Ada juga yang ditutup dengan hafidz Qur’an dan hafidz hadits,” tambahnya.

Menurut Kang Said, para penempuh jalan tasawuf mempunyai kepribadian merdeka, karena hatinya senantiasa dipenuhi kesadaran akan Allah. Dengan kondisi jiwa semacam ini, mereka sanggup melepas berbagai gejala emosional, seperti rasa takut, marah, dan bangga.

Dalam kali kedua pengajian tasawuf PBNU dengan materi disertasi doktoralnya ini, Kang Said mengulas ragam definisi tasawuf menurut kaum sufi, seperti Ma’ruf al-Kurkhi, Dzun Nun al-Mishri, Abu Yazid al-Bushtami, Sahl al-Tustari, dan sejumlah sufi lainnya. Menurut jadwal, pengajian akan digelar secara berkala setiap senin malam.
 
Penulis: Mahbib Khoiron