Nasional

Cerita Taufik Diundang Gus Dur ke Istana karena Selamatkan Penumpang Kereta dari Ledakan Bom

Jumat, 30 Desember 2022 | 09:00 WIB

Cerita Taufik Diundang Gus Dur ke Istana karena Selamatkan Penumpang Kereta dari Ledakan Bom

Ahmad Taufik saat mendapat beasiswa dari Presiden Gus Dur atas aksi heroiknya menyelamatkan penumpang kereta dari ledakan bom granat. (Foto: Dok. Pribadi)

Bekasi, NU Online

Sabtu, 13 Januari 2001 silam menjadi sejarah yang tak terlupakan bagi pria asal Cikarang, Bekasi, Ahmad Taufik. Di mana ia beserta kedua orang tuanya mendapat undangan khusus dari presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Istana Negara.


Undangan tersebut diberikan karena aksi heroik Taufik yang kala itu berusia 15 tahun dan masih duduk di kelas 3 SMP berhasil menyelamatkan nyawa para penumpang kereta api dari 3 buah bom granat di rel kereta api antara Stasiun Lemahabang dan Stasiun Kedung Gede saat tengah menggembala sapi.


Taufik mengaku sangat terkesan dengan pertemuan tersebut. Ia pun bercerita ketika dirinya beserta rombongan disambut langsung Presiden Gus Dur.

 

“Kami bersalaman dan dipersilahkan duduk. Gus Dur kemudian meminta saya menceritakan kembali kejadian sebenarnya adanya granat di rel kereta Api,” kata Taufik kepada NU Online, Kamis (29/12/2022).


Kejadiannya saat itu pukul 14.00 WIB hari Senin, 8 Januari 2001. Kala itu selepas sekolah dan shalat dzuhur ia diberi tugas orang tuanya untuk menggembala sapi.


“Saya menggembala empat ekor sapi di pinggiran rel kereta api. Nah waktu sapi lagi makan rerumputan saya melihat ada seutas kawat semakin mendekat kawat itu kok makin panjang. Kaki sapi juga sempat tersangkut kawat. Akhirnya, saya inisiatif untuk menggeser kaki sapinya. Takutnya ada muatan aliran listrik bisa tersetrum,” Taufik mengulang memori 21 tahun silam.


“Dari situ saya mulai curiga pasalnya sudah bertahun-tahun angon sapi di sini tidak pernah ada kawat atau benda apa pun. Karena saya curiga akhirnya saya telusuri panjang kawat itu sampai naik ke rel kereta api, saya kaget karena kawat itu terhubung dengan 3 granat yang sudah dirangkai, 2 granat jenis nanas 1 jenis manggis,” ucapnya.


Taufik mengakui mulanya tidak mengenal benda tersebut karena asing namun ketika melihat dari dekat terlintas dalam pikirannya aksi heroik dalam film Rambo yang menyuguhkan pembantaian dengan bom.


“Filmnya sering saya tonton, benda yang digigit dan dilempar. Nah itu bendanya seperti itu, Granat!” jelasnya.


Awalnya Taufik ingin melaporkan penemuan granat itu ke Polsek Lemahabang, namun karena jaraknya jauh dan khawatir kereta melintas ia pun memutuskan untuk melaporkan penemuannya itu ke penjaga palang pintu kereta yang jaraknya sekitar 500 meter dari lokasi granat.


“Saya berlari melewati pinggiran rel kereta menemui penjaga palang pintu kereta untuk laporan, sampai saya berkali-kali jatuh terkena bebatuan,” ujar Taufik.


Setelah mendapat laporan, penjaga palang pintu bergegas menuju lokasi bom granat ditemukan. Warga yang rumahnya di sekitar rel kereta mulai ikut berdatangan melihat lokasi granat yang ditemukan Taufik. Tapi saat warga mulai ramai dan berlarian menuju lokasi bom, terdengar suara klakson kereta dari kejauhan.


“Wah bakal ada kejadian nih, kereta meledak,” pikir Taufik seketika itu.


Taufik mengaku sempat tak sadarkan diri. Ia baru sadar setelah berada di salah satu ruangan Rumah Sakit Annisa Lemahabang di bawah pengamanan aparat kepolisian.


Taufik menuturkan, dari informasi yang ia dapatkan, kereta yang akan melintas ke arah ditemukannya bom itu akhirnya selamat karena sempat dihentikan warga dengan mengibarkan kain merah. Tiga granat yang ditemukan Taufik kemudian berhasil diamankan oleh Tim Gegana Polri.


Usai menceritakan kronologi tersebut kepada Gus Dur, ia mendapat beasiswa pendidikan. “Ini beasiswa buat kamu, lanjutkan sekolah kamu, mudah-mudahan cukup sampai kuliah,” Taufik mengulang pesan Gus Dur kala itu di Istana Negara, Jakarta.


Mendapat penghargaan tersebut ia mengaku senang lantaran dengan beasiswa pendidikan yang diberikan membantu meringankan biaya sekolahnya saat itu tanpa menjual ternak miliknya. 


“Sebetulnya sapi yang digembalakan mau dijual untuk menutup biaya sekolah karena waktu itu nunggak buat ujian,” terang Pengurus GP Ansor Cikarang Utara ini.


Taufik berharap bisa bertemu keluarga Gus Dur mengingat usai pertemuan dengan Gus Dur di istana ia bisa melanjutkan pendidikan sampai sarjana.


“Saya ingin sekali ketemu keluarga Gus Dur. Ingin sekali mengucapkan terima kasih,” ucapnya dengan suara parau disertai isak tangis.


Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad