Nasional

Dicalonkan untuk Nobel Perdamaian Dunia, Inilah Sederet Kiprah NU di Kancah Internasional

Kamis, 21 Juli 2022 | 16:30 WIB

Dicalonkan untuk Nobel Perdamaian Dunia, Inilah Sederet Kiprah NU di Kancah Internasional

Lambang Nahdlatul Ulama.

Jakarta, NU Online

Nahdlatul Ulama (NU) yang berarti Kebangkitan Ulama, adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia, bahkan dunia. NU berdiri pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 M di Kota Surabaya, Jawa Timur.

 

Organisasi Islam ini bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan dan Ahlussunnah Wal Jama’ah.

 

Berdirinya NU, merupakan suatu kebangkitan kesadaran bernegara dan beragama yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi untuk menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam.

 

Rizal Mumazziq Z, Rektor Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyah Kencong, Jember, Jawa Timur, dalam tulisannya bertajuk Peran NU untuk Perdamaian Dunia menyebutkan, peran NU tidak hanya menjadikan Islam sebagai ajaran universal. Secara organisatoris, NU juga bergerak dinamis mewujudkan perdamaian dunia.

 

Hal itu dibuktikan KH Achmad Sjaichu dalam menggerakkan roda Konferensi Islam Asia Afrika, Maret 1965. Tak lama dari itu, ia menjadi Sekjen Organisasi Islam Asia Afrika.

 

Sayap internasional NU kian berkibar saat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjabat sebagai presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP). Gus Dur dengan lincah bergerak ke berbagai jaringan di luar negeri. Dia memainkan pengaruhnya dan pemikirannya, serta memperluas jaringannya.

 

Sayap internasional NU mengepak lebih jelas di era KH Hasyim Muzadi dengan dibentuknya Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU di berbagai negara. 

 

Kiai Hasyim kemudian menginisiasi pelaksanaan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) beberapa angkatan, yang menghimpun para ulama dari Sunni dan Syiah moderat untuk mewujudkan perdamaian dunia.

 

Di era KH Said Aqil Siroj terbentuklah wadah lain, yaitu International Summit Of Moderate Islamic Leaders (ISOMIL). Acara yang mempertemukan ratusan delegasi ulama dari berbagai negara ini juga mencari format terbaik yang pas mewujudkan dunia yang berkeadilan. 

 

Kiprah internasional NU terus berlanjut hingga kini, era KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. Di panggung internasional, Gus Yahya menjadi sosok terdepan dalam menyebarluaskan pemikiran Gus Dur. 

 

Gagasan humanitarian Islam menjadi trade mark dari upaya Gus Yahya menyaringkan kembali gagasan Gus Dur. Islam humanis ibarat oase di tengah gersangnya nilai-nilai kemanusiaan di seantero dunia.

 

Selain itu, peranan tarekat juga tidak bisa dinafikan. Adalah Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya yang tampil terpilih sebagai pemimpin sufi dunia. Para ulama sufi dan pemimpin tarekat dari berbagai negara mendapuknya sebagai pemimpin mereka pada Forum Sufi Dunia di Kajen, Pekalongan, Jawa Tengah pada Selasa (9/4/2019).

 

Forum-forum sufi yang digelar Habib Luthfi bukan hanya membahas persoalan tasawuf an sich, tetapi menekankan tentang nasionalisme, pembelaan terhadap negara, dan keselamatan negara, serta perdamaian dunia.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah

Editor: Syakir NF