Duet Seniman Lesbumi Bawakan Senandung Saptawikrama dan Puisi ‘Bangkitlah Wahai Ulama’
Selasa, 23 November 2021 | 10:00 WIB
Penampilan Sastro Adi (kanan) dan Abdullah Wong (kiri) pada Malam Tasyakuran Anugerah Pahlawan Nasional H Usmar Ismail di Lantai 8 Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, pada Senin (22/11/2021) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Dua seniman dari Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) Sastro Adi dan Abdullah Wong berduet, sebagai penampilan di akhir acara Malam Tasyakuran Anugerah Pahlawan Nasional H Usmar Ismail di Lantai 8 Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, pada Senin (22/11/2021) malam.
Sastro Adi membawakan Senandung Saptawikrama dengan iringan piano yang terdengar sangat merdu. Saptawikrama merupakan tujuh strategi kebudayaan Islam Nusantara yang dihasilkan dari Rapat Kerja Nasional Pengurus Pusat (PP) Lesbumi NU pada 2016. Saptawikrama inilah yang meneguhkan hasil Muktamar ke-33 NU di Jombang pada Agustus 2015.
Berikut lirik Senandung Saptawikrama yang dinyanyikan Sastro Adi:
Dengarlah wahai manusia
Suara Nahdlatul Ulama
Menggema syahdu di Nusantara
Menyambangi jagad semesta
Bangkitlah wahai ulama
Menjadi pewaris anbiya’
Tebarkan rahmat semesta
Dan Nabi jadi wasilahnya
Tahlilan menjadi amaliahnya
Marhabanan wujud cinta nabinya
Ziarah rasa ta’dzim awliya’
Manaqib menjaga sejarah gurunya
Pancasila lebur dalam tauhidnya
Saptawikrama jadi mantra budayanya
Usai menyanyikan Senandung Saptawikrama, Sastro Adi memanggil Abdullah Wong untuk duduk di sampingnya. Kemudian secara spontan, Abdullah Wong membacakan puisi yang berkali-kali diungkapkan, "Bangkitlah Wahai Ulama!"
Di dalam puisi itu, Wong menggambarkan bahwa ulama merupakan pewaris para nabi. Ulama yang bangkit itu digambarkan sebagai sosok yang takut kepada Allah, selalu menampakkan senyum kemesraan, senantiasa memeluk umatnya dengan penuh kelembutan, serta tidak pernah berebut menjadi imam. Kebangkitan ulama sangat diharapkan bagi keberlangsungan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia.
Berikut ini petikan puisi yang dibawakan Abdullah Wong, diiringi musik piano yang dimainkan Sastro Adi.
Matahari itu tetap bersinar, jauh sebelum kami dilahirkan
Matahari itu terus menyinari bumi, jauh sebelum anak-anak negeri mengenal matahari
apalagi mengenal negeri ini
Cahaya matahari itu terus menghampiri setiap relung hati para pecinta negeri ini
Ketika para nabi dalam perjalanannya yang panjang terus melintasi ruang,
melintasi sejarah hingga sampai pada Rasulullah Saw
butiran-butiran pesan itu sampai pula kepada para ulama
Al-ulama’ waratsatul anbiya
Para ulama berbaris dari Sabang sampai Merauke
dari ujung negeri ini memanggil
mengumandangkan satu kesadaran
Bukan kebangkitan orang-orang kaya
bukan tentang kebangkitan orang-orang kuat
bukan bangkitnya orang-orang hebat
tapi bangkitnya para ulama
Siapa mereka?
Man yakhsyallaha min ibadihil ulama
mereka yang senantiasa khusyuk kepada Allah
Bangkitlah wahai para ulama
Ketika para ulama bangkit
sadar, dia akan menjadi matahari bagi negeri
menyinari gelapnya negeri ini
demi menuju satu kemerdekaan sejati
Kemerdekaan yang tidak memiliki kemelekatan dengan apa pun
satu kemerdekaan yang menjadikan seluruh anak negeri bangga
bukan hanya bangga kepada negeri ini
tetapi bangganya dirinya adalah rakyat yang berdaulat
sebagai hamba Allah yang diberikan kesempatan, anugerah, menikmati dan mensyukuri negeri ini
Bangkitlah wahai para ulama
dan ulama itu yang bangkit saling senyum bermesraan
saling mendukung
bahkan mereka akan memberikan kesempatan
Silakan engkau yang menjadi imam, biarkan kami menjadi makmum
biarkan engkau yang di depan, biarkan kami yang di belakang
Para ulama itu bukanlah mereka yang berebut menjadi imam
Karena ruang imam di dalam masjid atau pun mushala hanya satu
Para ulama itu adalah mereka yang senantiasa merangkul dan memeluk umatnya
dan setiap imam selalu pengertian kondisi para makmumnya
Bangkitlah wahai para ulama
bangkitlah orang-orang yang yakhsyallah
bangkitlah wahai ulama untuk negeri ini, bangsa ini, rakyat ini
lillahi ta’ala
Setelah pembacaan puisi itu, Sastro Adi kembali mendendangkan beberapa bait terakhir dari Senandung Saptawikrama. Tepuk tangan meriah hadirin yang terkesima dengan penampilan kedua Seniman Lesbumi NU itu pun saling bersahutan.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua