Nasional

Ekoteologi Jadi Jalan Membangun Keluarga Sakinah

NU Online  ·  Selasa, 30 September 2025 | 14:30 WIB

Ekoteologi Jadi Jalan Membangun Keluarga Sakinah

Romzi Ahmad dalam acara Bincang Syariah Goes to Campus bertajuk Blissful Mawlid 2025: Membumikan Shalawat, Merawat Jagat di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (29/9/2025). (Foto: dok. Bincang Syariah)

Jakarta, NU Online

Fenomena Tepuk Sakinah belakangan ramai diperbincangkan di media sosial. Tepukan itu awalnya dikenalkan sebagai kampanye untuk mengingatkan pasangan yang akan atau telah menikah agar menjaga keharmonisan rumah tangga serta saling menghormati satu sama lain.


Menurut pendakwah muda Romzi Ahmad, makna sakinah tidak sebatas pada hubungan keluarga. Istilah sakinah yang selama ini populer dalam konteks rumah tangga Islami, sejatinya memiliki arti lebih dalam, bahkan terkait erat dengan isu lingkungan hidup atau ekoteologi.


“Sebenarnya kata-kata sakinah itu juga berkaitan dengan isu lingkungan. Karena sakinah itu artinya ketenangan dan kenyamanan,” ujarnya dalam acara Bincang Syariah Goes to Campus bertajuk Blissful Mawlid 2025: Membumikan Shalawat, Merawat Jagat di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (29/9/2025).


Ia menegaskan, Al-Qur’an menyebut bahwa Allah menurunkan sakinah (ketenangan) di hati orang-orang beriman. Menurutnya, ketenangan itu tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga berkaitan dengan kondisi lingkungan sekitar.


“Jadi di dalam Al-Qur'an Allah menyebutkan Allah itu menurunkan sakinata ala qulubil mukminin (artinya) ketenangan di hati orang-orang yang beriman. Nah, ketenangan itu nggak cuma dalam bentuk ketenangan jiwa, tapi ketenangan itu didapatkan dari setiap kenyamanan yang didapatkan dari keamanan lingkungan dan juga hal-hal yang bersifat positif yang ada di sekitar kita,” jelasnya.


Romzi menekankan, bila umat Islam ingin benar-benar mewujudkan rumah tangga sakinah, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah memastikan lingkungan aman dan nyaman.


“Artinya kalau kita mau menuju sakinah, yang benar-benar harus dilakukan adalah kita memastikan lingkungannya aman dulu. Karena sementara lingkungan aman, lingkungannya baik, lingkungannya positif, dan juga tidak ada bencana yang dihadirkan karena ulah manusia itu sendiri, insyaallah keimanan kita juga tambah dalam, ibadah kita tambah mudah, dan sekali lagi kita bisa meneladani Nabi Muhammad tentang bagaimana bisa nanti menjaga lingkungan,” tuturnya.


Ia menambahkan, Islam sejak awal sangat menaruh perhatian pada keberadaan tumbuhan dan kelestarian lingkungan. Nabi Muhammad, lanjutnya, mencontohkan hal itu dengan melarang perusakan alam, bahkan dalam kondisi perang. Larangan tersebut kemudian dilanjutkan para khalifah sebagai bentuk konsistensi menjaga keseimbangan lingkungan.


“Sepertinya ada perjanjian tidak tertulis, tidak boleh pada peperangan yang melibatkan umat Islam di sana, meskipun itu dalam keadaan jihad, tidak boleh memotong tumbuhan, apalagi tumbuhan itu yang menghasilkan buah-buahan," katanya.


Sementara itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Abu Rokhmad menanggapi meningkatnya perbincangan tentang sakinah di masyarakat, khususnya di media sosial.


“Bukan soal viralnya bagi kami, yang penting adalah pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat baik yang belum menikah, maupun yang sudah menikah agar tetap menjaga kesakinahannya. Sakinah, mawaddah, wa rahmah,” ujarnya.


Abu Rokhmad menekankan, nilai sakinah harus dipahami tidak sebatas slogan dalam pernikahan, tetapi sebagai fondasi kehidupan yang terintegrasi dengan kesadaran lingkungan dan nilai-nilai ketuhanan.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang