Empat Fokus Transformasi Digital di Pesantren menurut Gus Rozin
Senin, 13 Desember 2021 | 07:00 WIB
Ketua Umum Pimpinan Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) KH Abdul Ghaffar Rozin. (Foto: Dok RMINU)
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) KH Abdul Ghaffar Rozin meminta transformasi digital di pesantren fokus pada empat hal.
Hal ini disampaikannya saat webinar Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) sedunia menuju Muktamar ke-34 NU via akun youtube NU Jerman dengan tema transformasi digital di lingkungan NU dan pesantren perlukah?
"Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam transformasi digital di pesantren. yakni transformasi di bidang kesehatan, pendidikan, tata kelola, dan ekonomi digital," jelasnya, Sabtu (11/12/21).
Menurut tokoh yang akrab disapa Gus Rozin ini, karena di Indonesia masih berada di masa pandemi, maka transformasi digital yang terpenting ada di bidang kesehatan.
Layanan kesehatan dan dunia pesantren masih memiliki jarak. Tidak semua pesantren memiliki fasilitas kesehatan. Sehingga aplikasi seperti salamdoc, yang setiap konsultasi bayarnya pakai fatihah satu kali sangat penting dan membantu.
Transformasi selanjutnya yaitu di pendidikan. Semisal calon wali santri tidak perlu datang ke pesantren untuk mengecek pesantren ketika instansi tersebut memiliki ruang pameran secara digital.
"Digital bisa memperkuat fokus pendidikan lebih terbantu, seperti hafalan Qur’an, ushul fikih, baca kitab kuning, sehingga lebih intens dan lebih mudah diakses. Silaturahim ilmiah secara digital," ungkapnya.
Gus Rozin menambahkan, transformasi pesantren di bidang tata kelola juga penting. Akuntabilitas pengelolaan keuangan, program perlu ditingkatkan. Apalagi setelah ada UU pesantren, maka pelaporan kegiatan dan keuangan harus jelas.
"Perlu ada pengembangan ekonomi digital di pesantren yang disesuai dengan kebutuhan masing-masing," imbuhnya.
Dikatakan, pesantren di Indonesia sangat banyak sekali, yang berafiliasi dengan RMINU ada 24 ribu. Sehingga ketika bicara transformasi digital di NU, maka tidak bisa meninggalkan transpormasi digital dunia pesantren.
24 ribu pesantren yang berafiliasi dengan NU jenisnya sangat beragam dan luas. Ada pesantren yang sudah mampu membuat aplikasi, program dan sisi lain masih ada pesantren yang sama sekali belum berkenalan dengan teknologi.
"Inisiatif apapun yang berkaitan dengan dunia digital sangat relevan. Baik yang sangat dasar maupun yang sudah mahir. Karena jenisnya banyak. Tinggal digunakan untuk pesantren mana," ungkap Gus Rozin.
Gus Rozin mengatakan, usaha RMI-NU dalam transformasi digital di antaranya kerja sama dengan Amazon, pembuatan aplikasi salamdoc, kerja sama dengan PCINU Jerman untuk digitalisasi saat Covid-19, antisipasi virus muncul di pesantren.
RMI juga bekerja sama dengan Kementerian Tenaga Kerja RI menginasiasi memanfaatkan balai latihan kerja untuk masuk ke dunia digital.
"Kalau saya berposisi bahwa dunia digital adalah keniscayaan tinggal bagaimana kita menyiapkan diri memanfaatkan dengan baik," tegasnya.
Gus Rozin menyebutkan transformasi dunia pesantren menjadi sebuah keniscayaan dewasa ini. Hal ini dikarenakan hampir seratus persen santri saat ini adalah generasi yang akrab dengan digital sejak lahir.
Santri yang lahir tahun 2000, 2005 cara memandang masalah memiliki cara berbeda. Pendekatan cara menyelesai masalah juga beda. Biasanya pendekatan praktis. Maka ketika pesantren menolak transformasi digital, seolah pesantren ini menolak sebuah keniscayaan yang datang.
"Kita pernah sedikit telat antisipasi peperangan pemikiran di dunia digital. Kita banyak kecolongan dengan banyaknya generasi muda yang belajar agama lewat media sosial," katanya.
Lanjutnya, keterlambatan pesantren dan NU mengisi media sosial dengan ajaran ahlussunnah. Dampaknya sangat mengkhawatirkan. Untungnya ketertinggalan ini segera disadari dan kemudian ada gerakan masif dari pemuda NU lewat berbagai organisasi. Sekarang sudah mampu mengimbangi. NU tidak boleh ketinggalan lagi.
"RMI NU mendapatkan wakaf tanah 10 hektar di Karanganyar. Kita berharap ini jadi pusat pendidikan teknologi bagi teman-teman NU. Kita ingin setiap cabang mengirim murid terbaik untuk belajar teknologi," tandas tokoh asal Pati ini.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua