Bandarlampung, NU Online
Haji merupakan perintah Allah SWT yang sudah difirmankan dalam Al-Qur'an. Dalam melaksanakan ibadah rukun Islam yang kelima ini seseorang harus menata niat dengan baik dan benar. Jangan sampai niat berhaji karena hal lain dan tidak karena Allah SWT.
Demikian dikatakan Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Provinsi Lampung KH. Basyaruddin Maisir saat memberikan Mauidzah Hasanah pada Walimatussafar Lil Haj KH. DR. Khairuddin Tahmid yang merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung, Kamis (10/8/17) malam.
Kiai Maisir, panggilan sosok yang juga merupakan Sekretaris Umum MUI Provinsi Lampung, menjelaskan bahwa pentingnya menata niat hanya untuk Allah dalam pelaksanaan ibadah haji dapat dilihat dari kata yang mengawali perintah berhaji didalam Al-Qur'an.
"Dalam Al-Qur'an, ada ayat tentang Ibadah Haji yang diawali dengan kata Lillah yang artinya adalah untuk Allah SWT. Ada juga ayat lainnya yang diakhiri oleh kata Lillah. Ini menegaskan pentingnya niat Haji hanya karena Allah. Berhaji jangan niat macam-macam. Niatkan karena Allah," terangnya.
Namun kenyataan di akhir zaman saat ini sudah mulai nampak nyata seseorang berangkat ke tanah suci bukan untuk beribadah karena Allah namun dengan motif lain yang bersifat keduniawian. Fenomena ini merupakan kenyataan yang telah digambarkan oleh Rasulullah melalui sebuah haditsnya.
Dalam hadits Rasul tersebut dikatakan bahwa akan ada diakhir zaman banyak orang kaya yang pergi haji bukan karena Allah namun dengan niatan piknik.
"Mereka lebih hafal jumlah tiang dari Masjidil Haram dari pada putaran dalam ibadah tawaf," katanya.
Para saudagar dan pebisnis, lanjutnya, juga menunaikan ibadah haji dengan niatan tidak untuk beribadah namun untuk berjualan mencari keuntungan.
"Mereka selalu berhitung tentang biaya yang digunakan dan bagimana caranya tidak rugi. Padahal Allah telah menjanjikan bahwa biaya yang digunakan untuk berhaji akan diganti 700 kali lipat oleh Allah dan dihitung sebagai infaq jihad di jalan Allah," katannya.
Para Cerdik Cendikiawan lanjutnya juga berniatan lain dalam berhaji yaitu untuk pamer dan mengharapkan ketenaran dalam hidup.
"Mereka haji untuk mendapatkan gelar dan ketika tidak dipanggil Pak Haji atau Bu Haji mereka marah," jelasnya.
Sementara orang-orang yang tidak mampu memaksakan diri untuk berhaji karena ingin meminta-minta atau mengemis kepada orang lain.
"Ada niatan mereka mencari rezeki dengan mengemis dan setelah itu menyerahkan diri kepada petugas untuk dipulangkan kenegaranya masing-masing," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Muslim Abdurrahman).