Gus Baha Tekankan Pentingnya Umat Islam Jalani Agama dengan Rileks
NU Online · Sabtu, 1 November 2025 | 19:01 WIB
Gus Baha bersama Prof Quraish Shihab di Pusat Studi Al-Quran (PSQ), Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, pada Sabtu (1/10/2025).
Haekal Attar
Penulis
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menekankan pentingnya agar umat Islam menjalani agama dengan tenang dan rileks. Menurutnya, beragama seharusnya membuat hati menjadi nyaman karena Allah sendiri sangat menyukai ketika hamba-Nya menghitung dan mengakui nikmat yang telah diberikan.
Hal itu disampaikannya saat Maulid Nabi Muhammad SAW dengan tema Keteladanan Rasulullah dan Peran Ulama dalam Menjaga Akhlak dan Ilmu di Masjid Bayt Al-Quran, Pusat Studi Al-Quran (PSQ), Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, pada Sabtu (1/10/2025).
Gus Baha kemudian menceritakan bahwa pada suatu waktu ada seorang A’rabi (orang Badui) datang kepada Nabi Muhammad dan mengeluh bahwa ia tidak memiliki apa-apa. Ia bertanya kepada Nabi Muhammad mengapa harus bersyukur, sementara dirinya tidak punya istri, tidak punya harta, dan tidak memiliki apa pun yang layak disyukuri.
Nabi Muhammad, kata Gus Baha, menatap ke arah sendal yang dikenakan oleh orang tersebut. Nabi menunjukkan bahwa di padang pasir yang panas, dua sandal yang ia miliki itu adalah sebuah nikmat besar. Nabi Muhammad ingin menegaskan bahwa jika ia tidak memiliki sandal itu, maka kakinya akan terasa panas oleh pasir.
"Nabi melihat sendalnya. Padang pasir kan panas. 'Nah itu dua sandal kamu. Kalau kamu nggak punya ini, panas," kata Gus Baha sambil menjelaskan hal tersebut. "Orang itu kemudian bilang, “Oh iya ya, Gusti... Alhamdulillah, alhamdulillah," tambahnya.
Lebih lanjut, Gus Baha menjelaskan bahwa ketika Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Hadid ayat 11 yang artinya Siapa yang mau menghutangi Allah dengan pinjaman yang baik, padahal Allah adalah Zat yang memiliki langit dan bumi serta seluruh isinya, maka sebenarnya Allah sedang menunjukkan kelembutan dan kerendahan diri-Nya di hadapan manusia.
"Ini Allah, Zat yang punya langit dan bumi, yang punya semuanya. Tapi mengistilahkan dirinya, siapa yang mau menghutangi saya? siapa yang mau menolong saya? Intansurullāh yansurkum," jelasnya.
Dari sini, Gus Baha menegaskan bahwa posisi adab yang digunakan dalam tradisi pesantren dan budaya keislaman memang sangat dijaga.
Tak hanya itu, Gus Baha juga menerangkan bahwa Islam itu sebenarnya sederhana. Dalam Kitab Shahih Bukhari dijelaskan bahwa Nabi Muhammad bukanlah sosok yang hanya menjadi simbol atau citra yang kaku.
Gus Baha menambahkan bahwa umat Islam tidak perlu membayangkan Nabi Muhammad sebagai sosok yang hanya bisa ditanya dalam majelis resmi atau tempat terhormat. Dalam kenyataannya, katanya, orang-orang pada masa itu bahkan bisa bertanya langsung di jalan, dan Nabi Muhammad menjawabnya secara biasa saja.
"Nah sekarang beberapa ustaz itu kalau ada orang tanya disuruh ke rumah. Ternyata ustaznya masih belajar dulu. Itu bukan urusan sopan, ilmunya belum cukup, terus dikemas dengan alasan sopan. Nggak sopan tanya di jalan, nanti aja di rumah," kata Gus Baha disambut tawa oleh para jamaah.
Dalam acara tersebut, nampak hadir Pendiri PSQ sekaligus pengarang Tafsir Al-Misbah Prof M Quraish Shihab dan Menteri Agama (Menag) RI Prof Nasaruddin Umar.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
5
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
6
KH Said Aqil Siroj Usul PBNU Kembalikan Konsesi Tambang kepada Pemerintah
Terkini
Lihat Semua