Pringsewu, NU Online
KH Miftah Maulana Habiburrahman atau yang tenar dipanggil Gus Miftah mengajak seluruh umat Islam untuk mengedepankan kasih sayang terhadap sesama dalam kehidupan bersama di tengah-tengah masyarakat. Ia mengingatkan agar tidak gampang menilai orang salah dan berdosa seakan-akan ia sendiri tidak pernah berbuat dosa.
"Jangan jadi hakim (tapi) jadilah penasihat. Kita ini sering menjadi jaksa atas kesalahan orang lain namun menjadi hakim bagi kesalahan diri sendiri," ungkap Pengasuh Pesantren Ora Aji Sleman, Jogjakarta yang sering berdakwah kepada para kaum marjinal ini, Selasa (11/9) malam di Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Gus Miftah mengungkapkan bahwa ketika ada orang yang selalu ingin mencari kesalahan orang lain, hal itu sebenarnya menunjukkan kehidupannya sedang tidak bahagia. Justru kebahagiaan didapat oleh orang yang dicari kesalahannya.
"Jika kesalahannya saja dicari, berarti tenang saja, banyak kebaikan yang dimiliki," tegas kiai muda NU kelahiran Lampung ini.
Fenomena suka menyalahkan dengan misi tertentu saat ini juga terkadang didasarkan pada hal yang bukan bersifat substantif. Dengan dasar yang hanya ikut-ikutan dari broadcast di media sosial, seseorang dengan mudahnya menghakimi orang lain salah.
"Ada orang yang mengatakan Yasin boleh, Yasinan nggak boleh. Tahlil boleh, tahlilan nggak boleh. Shalawat boleh, shalawatan nggak boleh," ia memberi salah satu contoh.
"Yasin itu belum dibaca. Kalau sudah dibaca namanya Yasinan. Tahlil itu belum dibaca, kalau sudah dibaca tahlilan. Shalawat belum dibaca kalau sudah dibaca namanya shalawatan. Masa gara-gara 'an' tidak boleh. Ini bahaya," lanjutnya memberi pencerahan.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini pun muncul kelompok yang gampang menyalahkan ideologi bangsa yang sudah disepakati dan merupakan ikhtiar para ulama dan pendiri bangsa. Contohnya kelompok HTI ingin mengganti sistem negara dengan ideologi khilafah.
Padahal paham khilafah ini sudah tertolak di berbagai negara di penjuru dunia. Kelompok ini menggunakan isu agama untuk kepentingan mereka dengan propaganda memecah belah para tokoh agama, ulama dan para habaib.
"Musuh negara sudah terangan mengusik NKRI. HTI sudah bubar tapi manusianya masih ada. Pemerintah terlalu santai terhadap kelompok ini. Padahal negara lain keras dengan menangkap para pimpinannya," katanya.
Gus Miftah pun menegaskan bahwa ideologi Pancasilalah yang paling tepat digunakan berdasar fakta betapa majemuknya bangsa Indonesia. Pancasila mampu menyatukan berbagai suku bangsa di tanah air menjadi satu negara. Tidak seperti kawasan eropa yang memiliki satu suku bangsa namun berdiri di atas banyak negara.
Kehadiran Gus Miftah ke Pringsewu ini dalam rangkan Tabligh Akbar Peringatan Hari Lahir Yayasan Ar Rahman yang bekerjasama dengan PCNU, Banom, dan Lembaga NU Kabupaten Pringsewu. Kegiatan yang dilaksanakan di Lapangan Kantor Pemda Pringsewu ini dihadiri sekitar 10 ribu jamaah.
Hadir pada acara yang juga dibarengkan dengan Peringatan Muharram 1441 H ini, Bupati Pringsewu KH Sujadi, Wakil Bupati H Fauzi, Rais syuriyah PCNU KH Ridwan Syuaib, Ketua PCNU Pringsewu KH Taufikurrahim, Ketua MUI Kabupaten Pringsewu H Hambali dan para ulama di Pringsewu.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Zunus Muhammad