Gus Mus: Kesetiaan NU pada Indonesia, Bukan pada Pemerintah!
Sabtu, 26 Oktober 2019 | 23:30 WIB

Gus Mus di tengah-tengah para kiai dan hadirin saat peringatan Hari Santri 2019 di Kabupaten Pemekasan. (Foto: NU Online/Anam)
Hairul Anam
Kontributor
Pamekasan, NU Online
Kesetiaan dan loyalitas NU adalah pada Indonesia. Bukan pada pemerintah. NU tidak pernah berontak sekalipun dikecewakan oleh pemerintah.
Â
Demikian ditegaskan Mustasyar PBNU, KH Mustofa Bisri (Gus Mus), saat mengisi pengajian Malam Puncak Hari Santri 2019 PCNU Pamekasan di Pesantren Miftahul Ulum Bettet, Pamekasan, Jawa Timur, Sabtu (26/10) malam.
Â
Menurutnya, saat orde baru berkuasa, NU sudah dikecewakan. Ketika itu NU diabaikan, ditindas dan sebagainya. Tapi ketika Pemilu digelar, NU tidak pernah memberontak. Itu karena NU loyal kepada Indonesia, bukan pada pemerintah.
Â
"Kiai, saya menyatakan Indonesia adalah rumah. Kamu menghirup udara, udara Indonesia. Kita makan dan minum dari makanan dan minuman Indonesia. Ketika meninggal, kita akan kembali menyatu dengan tanah Indonesia," kata Gus Mus yang disimak secara khidmat oleh ribuan nahdliyin.
Â
Dalam kesempatan itu, Gus Mus juga menjelaskan bahwa pesantren adalah NU kecil. NU merupakan pesantren besar.
Â
"Pesantren yang bukan NU, tergolong bid'ah," ujar Gus Mus yang disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Â
Gus Mus menegaskan bahwa warga NU adalah yang paling menghormati ulama dan habib. Sangat naif bila dikatakan NU tidak hormat pada ulama dan habib.
Â
"Jangan sekali-kali membenturkan NU dengan habib. Kalau tidak ada warga NU, maka tidak akan ada yang mencium tangan habib," ungkapnya.
Â
Diterangkan, orang NU adalah orang desa. Orang desa dari segi norma, paling dekat pada pengamalan ajaran Rasulullah SAW.
Â
"Karena kiai-kiai desa tidak sembarang punya ilmu. Tapi bisa dipertanggungjawabkan sampai yaumul hisab," paparnya.
Â
Dalam hal ajaran menghormati tetangga, tambahnya, masih lebih baik orang desa ketimbang orang kota. Ketika bangun rumah, orang desa pasti turut membantu, sering dengan tenaga, dan kadang dengan uang. Jadi mereka guyub dan rukun.
Â
"Kepedulian pada tetangga adalah perintah langsung dari Rasulullah SAW. Itu diamalkan secara istikamah sampai sekarang oleh orang desa," paparnya.
Â
Pewarta: Hairul Anam
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Alasan NU Tidak Terapkan Kalender Hijriah Global Tunggal
2
Khutbah Jumat: Bersihkan Diri, Jernihkan Hati, Menyambut Bulan Suci
3
Khutbah Jumat: Sambut Ramadhan dengan Memaafkan dan Menghapus Dendam
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Amalan Persiapan kangge Mapag Wulan Ramadhan
5
Khutbah Jumat: Optimisme Adalah Kunci Kesuksesan
6
Hukum Trading Crypto dalam Islam: Apakah Crypto Menguntungkan atau Berisiko?
Terkini
Lihat Semua