Gus Rozin Ungkap Tingginya Tingkat Wafat Kiai dan Covid-19 di Pesantren
Jumat, 23 Oktober 2020 | 01:15 WIB
"Sejak akhir Februari (2020) sampai dengan saat ini tercatat sudah 112 kiai dan bu nyai kita wafat," ungkapnya, Kamis (22/10) malam. (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)
Muhammad Faizin
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Asosiasi Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama atau Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) KH Abdul Ghoffar Rozin mengingatkan bahwa kondisi pandemi saat ini belum ada yang tahu kapan akan berakhir. Pandemi Covid-19 juga terus mendatangkan keprihatinan lahir dan batin.
Menurutnya, sampai dengan saat ini sudah lebih dari 100 pesantren di Indonesia terpapar Covid-19. Sampai saat ini juga, sudah banyak masyayikh, kiai, dan bu nyai yang meninggal dunia akibat Covid-19. Jika dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama, tingkat wafat para kiai lebih banyak pada saat ini.
"Sejak akhir Februari (2020) sampai dengan saat ini tercatat sudah 112 kiai dan bu nyai kita wafat," ungkapnya, Kamis (22/10) malam.
Sampai saat ini ungkap Gus Rozin, hampir 4.000 santri yang terpapar Covid-19. Kondisi para santri yang secara fisik lebih sehat dan kuat banyak membantu kesembuhan mereka. Namun yang perlu diperhatikan ketika mereka menularkan Covid-19 kepada para ustaz dan kiai menjadi sebuah resiko yang sangat tinggi.
Kondisi ini lanjut Gus Rozin harus dihadapi bersama-sama. Ikhtiar lahir batin harus terus dilakukan. Secara lahir, keluarga besar NU telah melakukan berbagai upaya dan RMI saat ini terus melakukan upaya dengan semisal melakukan pendampingan kepada 10 pesantren yang sedang dengan jumlah ribuan santri yang berstatus positif Covid-19.
"Kami sampai dengan minggu terakhir sudah melatih satgas di 793 pesantren dan melakukan usaha pencegahan penyebaran Covid-19 seperti swab gratis," katanya.
Bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter NU (PDNU), saat ini RMI juga sudah membuat aplikasi Salam Doc (Assalamualaikum Dokter) yang menjadi piranti para santri berkonsultasi atas beragam masalah kesehatan yang dialaminya. Sudah ada hampir 70 dokter yang bersedia mendaftarkan diri menjadi sukarelawan dan lebih dari 230 pesantren yang mendaftar dengan ribuan santri yang dimiliki.
Usaha batin terus dilakukan dengan senantiasa berdoa kepada Allah SWT dan melakukan amalan-amalan lain seperti bershalawat dan ijazah-ijazah lain yang dimiliki oleh setiap pesantren. "Keluarga besar pesantren tidak boleh terlena dan harus senantiasa waspada dengan senantiasa menegakkan protokol kesehatan secara disiplin," ajaknya.
Pemaparan ini disampaikan Gus Rozin pada acara Malam puncak Hari Santri PBNU dilangsungkan secara virtual dari Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat. Dalam acara ini dilakukan juga Doa Tolak Bala untuk Keselamatan Dunia yang diikuti ratusan santri dari berbagai pesantren secara virtual. Hadir pada acara tersebut Sekjen PBNU HA Helmy Faishal Zaini, Ketua LDNU H Agus Salim, dan sejumlah pengurus LDNU serta RMINU.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua