Gus Ulil: Santri Harus Manfaatkan Banjir Naskah Digital dan Ngaji Daring
Jumat, 17 Desember 2021 | 05:15 WIB
"Sebagaimana di NU ada kitab mu’tabarah, sekarang ini juga harus ada daftar situs mu’tabarah. Mana situs yang bisa dipercaya sebagai sumber teks," ujar kiai yang akrab disapa Gus Ulil itu.
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Kecanggihan teknologi memberikan kemudahan bagi siapa saja dalam berbagai hal, tak terkecuali dalam menambah khazanah pengetahuan keagamaan.
Membanjirnya naskah-naskah keagamaan dalam bentuk digital adalah salah satu bentuk kemudahannya. Terlebih kitab-kitab tersebut dapat diunduh dan diakses aecara gratis. Namun, hal demikian ini perlu disaring dengan klasifikasi situsweb mana yang dianggap memuat kitab-kitab mu'tabar.
Pengampu Ngaji Ihya Online KH Ulil Abshar Abdalla menyampaikan hal tersebut dalam Focus Grup Discussion (FGD) yang digelar Panitia Divisi Penulisan Keislaman Muktamar Ke-34 NU di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Lantai 5, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (16/12/2021).
"Sebagaimana di NU ada kitab mu’tabarah, sekarang ini juga harus ada daftar situs mu’tabarah. Mana situs yang bisa dipercaya sebagai sumber teks," ujar kiai yang akrab disapa Gus Ulil itu.
Menurutnya, hal tersebut penting sebagai pengetahuan santri dalam memanfaatkan banjir naskah di internet. Cara mengakses kitab digital tersebut juga penting diinformasikan kepada para santri mengingat masih banyak yang belum mengetahuinya.
Mengulang era Hadratussyekh Hasyim Asy'ari
Kedua, era digital sekarang ini memungkinkan santri-santri Nusantara dapat berguru langsung dengan ulama-ulama di berbagai wilayah dunia. Hal itu dilakukan dengan mengaji secara daring.
Gus Ulil sendiri mengaku mengaji Kitab Jam'ul Jawami' kepada Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Afifuddin Muhajir melalui media daring. Ia juga mengaji Kitab Sahih Bukhari kepada pamannya, KH Aniq Muhammadun.
Tidak hanya mengaji kepada ulama dalam negeri, Gus Ulil juga mengaji kitab Ar-Risalah karya Imam Syafi'i kepada Mufti Syuriyah Syekh Usamah Abdul Karim Ar-Rifa’i. Ia pun mengaji kitab Al-Muwattha' kepada Habib Umar bin Hafidz dan ulama asal Maroko.
Jika hal demikian dapat diikuti para santri, menurutnya era Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan ulama NU terdahulu bisa terulang. Pasalnya, saat ini juga santri dapat mengikuti pengajian dari para ulama dunia terkemuka.
Ngaji Daring
Gus Ulil menekankan bahwa mengaji secara daring harus dilakukan sebagaimana mengaji di hadapan kiai, yakni dengan berpakaian rapi, memperhatikan teks kitab yang dibaca, dan membubuhkan catatan atas penjelasan yang disampaikan oleh ulama yang mengajarkannya.
"Kalau Anda menata diri seperti itu mengaji online itu sama dengan mengaji di pesantren," ujar Pengajar di Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) itu.
Diskusi ini juga menghadirkan Pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Ciwaringin, Cirebon Nyai Hj Masriyah Amva; Redaktur Republika M Nasih, dan Akademisi Universitas Leiden Syahril Siddik. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan komunitas literasi dari berbagai wilayah Nusantara.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua