Gus Ulil Tegaskan Pentingnya Kekuatan Oposisi sebagai Penyeimbang di Pemerintahan Prabowo-Gibran
Jumat, 16 Februari 2024 | 07:00 WIB
Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla saat ditemui NU Online di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, pada Kamis (15/2/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)
Suwitno
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) menegaskan pentingnya kekuatan oposisi yang kukuh sebagai penyeimbang pemerintahan Indonesia mendatang di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Dalam pemilihan umum (pemilu) 2024, pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Gibran unggul dalam perolehan suara berdasarkan hitung cepat berbagai lembaga survei. Versi hitung cepat Litbang Kompas per Kamis (15/2/2024) pukul 21.19 WIB dengan data masuk 98,05 persen, Prabowo-Gibran memperoleh 58,47 persen.
Sementara pasangan nomor urut 02 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar mendapat perolehan suara 25,35 persen. Lalu pasangan nomor urut 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memperoleh 16,21 persen suara.
Berdasarkan hasil itu, Gus Ulil mengatakan bahwa pasangan Prabowo-Gibran berpeluang memenangkan pilpres tahun ini. Meski begitu, ia optimis demokrasi di negeri ini akan berlangsung menarik karena kemungkinan bakal ada pihak oposisi yang kuat sebagai penyeimbang pemerintahan Prabowo-Gibran mendatang.
Pihak oposisi yang dinilai akan menjadi kuat sebagai penyeimbang pemerintahan Prabowo-Gibran itu adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengusung Anies-Muhaimin, serta Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan sebagai pengusung Ganjar-Mahfud.
“Artinya suara dia (PDIP) kalau digabungkan dengan suara PKS itu lebih dari 25 persen, itu ideal sekali kan. Kalau ditambah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) misalnya, atau ditambah partai lain bisa 30 persen bahkan 35 persen,” katanya saat ditemui NU Online di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta pada Kamis (15/2/2024).
Menurut Gus Ulil, oposisi yang kuat di masa mendatang sangat dibutuhkan. Sebab di dalam masa pemerintahan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin ada hal-hal yang kurang bagus sebagai negara demokrasi, salah satunya sangat kurang peran pemberi kritik terhadap pemerintah.
“Ada hal yang kurang bagus pada masa Pak Jokowi kemarin, saya paham, yaitu kurangnya kekuatan-kekuatan pemberi kritik yang signifikan, baik di dalam parlemen maupun di luar parlemen, (oposisi) itu lemah,” ujar Gus Ulil.
Pendiri Ghazalia College ini mengatakan bahwa keseimbangan antara pihak koalisi di dalam pemerintahan dengan pihak oposisi sangat bagus di dalam negara demokrasi. Namun, Gus Ulil menyangsikan sikap pasangan capres-cawapres terpilih terhadap kekuatan oposisi.
“Tetapi ini tantanganya, apakah pemenang pemilu saat ini nanti akan sabar menghadapi adanya posisi seperti ini,” ujar Pengampu Ngaji Ihya' Online itu.
Hikmah politik pilpres 2024
Menurut Gus Ulil, rencana PDI Perjuangan yang akan menjadi oposisi dari pemerintahan Prabowo-Gibran mendatang merupakan suatu hikmah politik yang patut disyukuri. Sebab akan ada penyeimbangan kembali terhadap jalannya roda pemerintahan.
“Ini menurut saya hikmah politik ya. Kita berharap bahwa di dalam lima tahun mendatang ada re-balancing (penyeimbangan kembali) di mana ada kekuatan kritis, ada kekuatan penyeimbang di dalam parlemen, di luar parlemen, dan kita berharap yang kalah saat ini itu tidak bergabung dengan yang menang ya,” harapnya.
Untuk diketahui, hasil hitung cepat dari berbagai lembaga survei bukan hasil resmi pemilu 2024. Hasil resmi pemilu 2024 akan diketahui lewat rekapitulasi yang dilakukan secara berjenjang oleh KPU dari 15 Februari hingga 20 Maret 2024.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
3
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua