Nasional

Gus Yahya: Tugas NU Besar dan Mulia, Jangan Direduksi!

Sabtu, 15 Januari 2022 | 12:56 WIB

Gus Yahya: Tugas NU Besar dan Mulia, Jangan Direduksi!

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf di Gedung PBNU, Jakarta. (Foto: Suwitno)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menilai selama ini terdapat berbagai macam narasi yang berkembang dan menghambat kemajuan NU. Narasi-narasi itu justru dinilai membatasi visi NU yang besar dan tidak bisa dibatasi. 

 

Menurut Gus Yahya, NU sejak awal didirikan telah memiliki mandat peradaban yang mulia. Hal itu dicetuskan oleh para pendiri NU untuk merintis peradaban baru yang lebih mulia untuk seluruh umat manusia. 

 

“Misalnya ada narasi bahwa NU ini ada hanya untuk merawat ajaran-ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Ini sebetulnya sangat reduksionis. NU tidak hanya itu. NU didirikan dengan mandat peradaban dan merintis peradaban baru yang lebih mulia untuk seluruh umat manusia di depan. Ini yang perlu kita luruskan dan itu harus jadi perjuangan NU,” kata Gus Yahya dalam galawicara di TV9, Sabtu (15/1/2022). 

 

Gus Yahya mengakui bahwa di lingkungan NU terdapat ragam pemahaman kurang tepat yang berkembang. Misalnya saat ia memasukkan tokoh-tokoh perempuan ke jajaran ketua tanfidziyah PBNU seperti Alissa Wahid dan Khofifah Indar Parawansa. 

 

“Itu ada yang protes karena khawatir akan tumpang tindih dengan Fatayat dan Muslimat. Ini adalah cara pandang yang keliru, hasil dari cacat pikir yang harus kita sembuhkan,” katanya. 

 

Hadirnya tokoh perempuan di struktur kepengurusan PBNU merupakan langkah baru yang diambil Gus Yahya. Sebab, NU adalah organisasi induk. Sementara Muslimat dan Fatayat NU merupakan organisasi badan otonom yang berada di bawahnya. 

 

“Itu artinya bahwa NU tidak setara dengan Muslimat. Muslimat ini di bawah koordinasi NU, maka kalau ada organisasi khusus perempuan dan badan otonom lainnya, semua harus menginduk kepada PBNU. Di PBNU harus ada orang-orang yang mampu mengonsolidasikan badan otonom tersebut,” ungkap Gus Yahya. 

 

Ia memastikan bahwa keberadaan perempuan di lingkungan PBNU tidak akan menjadi tumpang tindih dengan badan otonom khusus perempuan. Sebab hal itu justru akan memperkuat PBNU untuk melakukan konsolidasi kepada semua instrumen badan otonom, sehingga menjadi sistem yang kokoh dan mampu berjuang bersama-sama untuk menggarap strategi yang solid. 

 

“Kali ini kita memang butuh perempuan untuk mengeksekusi agenda-agenda yang sangat terkait dengan perempuan. Karena secara demografis saja, ada tren bahwa jumlah perempuan itu akan semakin meningkat lebih cepat peningkatannya dari pertambahan laki-laki,” terangnya.

 

Jadi secara demografis, menurut Gus Yahya, terdapat lebih banyak konstituensi perempuan yang harus disasar oleh berbagai agenda yang dibuat PBNU. Karenanya, Gus Yahya merasa memiliki kebutuhan untuk melibatkan para pemimpin perempuan.

 

Tujuan menghadirkan perempuan di PBNU itu untuk dapat lebih mudah mengeksekusi agenda-agenda tersebut agar bisa menjangkau kalangan perempuan dengan strategi yang tepat. Strategi yang dimaksud Gus Yahya itu berkaitan dengan pemahaman dan pengetahuan tentang keinginan perempuan itu sendiri.

 

“Sebab kalau laki-laki itu biasanya pusing kalau mikir perempuan,” ujar Gus Yahya sedikit berkelakar. 

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Zunus Muhammad