Jakarta, NU Online
Di Indonesia setiap tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional (Harbuknas). Penetapan Hari Buku Nasional tersebut pada tanggal sama di tahun 2002. Tujuan penetapan itu untuk meningkatkan minat baca dan literasi masyarakat Indonesia yang saat itu masih sangat rendah. Keprihatinannya itulah yang mendorongnya untuk menciptakan Hari Buku Nasional guna menarik minat masyarakat untuk membaca.
Menurut sejarahnya, penetapan 17 Mei sebagai Hari Buku Nasional mengacu kepada tanggal berdirinya Perpustakaan Nasional (Perpusnas), yakni pada 17 Mei 1980, berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 0164/0/1980.
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan dalam rangka merayakan Hari Buku Nasional, salah satunya adalah dengan membaca karya sastra berupa novel. Berikut 2 rekomendasi novel dari NU Online
1# Dari Hari ke Hari
Dari Hari ke Hari adalah novel karya Mahbub Djunaidi yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1975 oleh Dunia Pustaka Jaya di Jakarta. Sebelum diterbitkan, naskah novel ini memenangkan hadiah Sayembara Mengarang Roman yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahun 1974.
Novel setebal 148 halaman ini mengisahkan pengalaman sebuah keluarga di pengungsian pada tahun 1946-1948 dengan setting di Jakarta, Solo, dan Yogyakarta . Buku ini terbagi dalam lima bagian cerita yang berjudul "Jendela Tiada Berkaca", "Pohon Jambu yang Rimbun", "Kemarau", "Cintanya pada Kota", dan "Dari Hari ke Hari".
Dalam sebuah ceramah di Taman Ismail Marzuki (TIM) berjudul "Dunia Sastra bagi Saya", Mahbub Djunaidi mengungkapkan bahwa novelnya ini adalah sebuah novel otobiografi. Ia menjelaskan, karakter-karakter dalam novel tersebut merupakan representasi dirinya (Mahbub Djunaidi) saat masih berusia belasan tahun dan keluarganya saat revolusi fisik.
2# Di Kaki Bukit Cibalak
Novel Di Kaki Bukit Cibalak merupakan novel karya Sastrawan dan Budayawan Banyumas Ahmad Tohari. Novel ini berhasil meraih penghargaan kategori menarik perhatian juri pada Sayembara Mengarang Roman yang diselenggarakan oleh DKJ pada tahun 1978.
Novel ini menggambarkan kondisi Desa Tengir pada tahun 70-an yang mulai terpengaruh oleh kemajuan teknologi. Penduduk desa bahkan rela makan dengan seadanya karena uang mereka digunakan untuk membeli produk-produk modern. Seseorang yang menggunakan produk modern akan dianggap naik derajatnya. Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang pemuda yang jujur dan teguh pendirian bernama Pambudi.