Nasional

Inspiratif! Pasangan Santri Aktivis Ini Kuliah Bareng dan Lulus S3 di Jepang

Selasa, 10 Oktober 2023 | 15:00 WIB

Inspiratif! Pasangan Santri Aktivis Ini Kuliah Bareng dan Lulus S3 di Jepang

Achmad Gazali dan Ardhiani Kurnia Hidayanti. (Foto: Dok Pribadi)

Jakarta, NU Online

Kiprah santri Nahdlatul Ulama (NU) semakin mendunia dengan prestasi yang menginspirasi. Pasangan santri aktivis asal Indonesia, Achmad Gazali dan Ardhiani Kurnia Hidayanti, misalnya. Mereka telah berhasil merampungkan studi S3 di Jepang.

 

Achmad Gazali merupakan santri lulusan dari berbagai pondok pesantren di Indonesia. Ia pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Ulum Pamekasan, Ponpes Al-Hamidiyah Malang, dan Ponpes Nailul Ula Yogyakarta. Sementara sang Istri, Ardhiani Kurnia Hidayanti adalah alumni Ponpes Ali Maksum Krapyak dan Ponpes Al-Ikhlas, Yogyakarta.

 

Gazali, yang saat ini diamanahi menjadi Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang, berhasil meraih gelar doktoralnya dari Gifu University pada bulan April 2023, sedangkan istrinya Ardhiani memperoleh gelar S3 pada September 2023 dari universitas dan jurusan yang sama, yakni Sciences of Biological Environment.

 

Kisah perjalanan mereka bermula dari pertemuan di Universitas Gadjah Mada (UGM), ketika keduanya sedang menempuh studi S2. Interaksi mereka kian intens saat keduanya aktif dalam organisasi mahasiswa di UGM. Kedekatan ini juga didukung oleh kesamaan minat dan latar belakang sebagai santri pondok pesantren NU.

 

Semangat pasangan ini tidak berhenti di situ. Setelah menikah, mereka memiliki impian yang sama untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke jenjang S3. Awalnya, mereka berencana untuk mengejar gelar S3 di Indonesia. Namun, karena dorongan dari institusi untuk mengejar studi di luar negeri, mereka berdua bersama-sama menjalani proses pencarian kampus dan beasiswa di berbagai negara seperti Australia, Eropa, dan Jepang. Meski mengalami penolakan beberapa kali, mereka tidak pernah menyerah. Akhirnya, keduanya diterima di The United Graduate School of Agricultural Science (UGSAS) Gifu University, Jepang.

 

“Sejak menikah, kami memang ingin S3 bareng-bareng. Awalnya, suami berpikir S3 di Indonesia saja. Namun, karena waktu itu saya dimotivasi ITB untuk kuliah di luar negeri, akhirnya kami sepakat berusaha menaikkan skor bahasa Inggris, mencari supervisor yang cocok, dan apply ke berbagai universitas di luar negeri,” tutur Ardhiani kepada NU Online, Selasa (10/10/2023).

 

Keduanya menaruh fokus pada penelitian tentang pengendalian hama serangga pertanian dengan menggunakan agen biologi, khususnya Wolbachia, yang lebih ramah terhadap lingkungan. Hal tersebut yang juga mengantarkan Gazali berkiprah sebagai peneliti di National Agriculture and Food Research Organization (NARO), sebuah lembaga riset pertanian terkemuka di Jepang.

 

Selain mengejar studi, pasangan ini juga aktif dalam berbagai organisasi selama di Jepang. Achmad Gazali dipercaya menjadi Ketua PCINU Jepang, sementara Ardhiani aktif di berbagai lembaga seperti Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN), Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam), serta Muslimat Nahdlatul Ulama Jepang. Mereka menjadikan dakwah sebagai salah satu fokus utama aktivitas mereka di Jepang, dengan tujuan mengenalkan nilai-nilai Islam kepada warga Jepang dan menguatkan keimanan warga negara Indonesia yang tinggal di Jepang.

 

Pasangan Achmad Gazali dan Ardhiani Kurnia Hidayanti adalah inspirasi bagi banyak santri di Indonesia untuk tidak hanya mendalami agama, tetapi juga menjadi saintis dan teknokrat yang mampu bersaing di tingkat internasional, membawa manfaat bagi masyarakat, dan memperkenalkan Islam kepada dunia.

 

Pasangan ini juga memberikan pesan inspiratif kepada santri di Indonesia, mengajak mereka untuk memperluas wawasan dan mendunia. Mereka meyakini bahwa selain mendalami ilmu agama, penguasaan ilmu umum juga tak kalah penting.

 

“Saatnya Nahdliyin Indonesia selain pintar ilmu agama juga mempelajari ilmu umum, agar semakin banyak saintis, teknokrat yang faham ilmu agama. Dimulai dari mimpi, bangun dan kejar, awalnya memang sulit, tapi jangan khawatir tidak berhasil, jangan takut gagal. Kuncinya bertahan dan tetap istiqomah. Semua diniatkan untuk ibadah, insyaallah dimudahkan. Fa Inna ma’al ‘usri yusro (Sesungguhnya, setelah kesulitan itu ada kemudahan),” tutup Ardhiani.