Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Amerika dan Kanada, Shalahudin Kafrawi (Foto: Facebook Kelly James Clark)
Malik Ibnu Zaman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Islam Nusantara sebagai sebuah terminologi merupakan fenomena yang sangat baru. Akan tetapi, Islam Nusantara sebagai kerangka berpikir, kerangka memahami, dan kerangka untuk mempraktikkan Islam itu telah dianut, dan dipraktikkan oleh Islam di Indonesia khususnya di kalangan Nahdliyin.
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Amerika dan Kanada, Shalahudin Kafrawi mengatakan hal itu pada tayangan seminar web Road To Muktamar NU 34 Seri 10: Revitalisasi PCINU Sebagai Duta Islam Nusantara untuk Masyarakat Dunia, Kamis (9/12/2021).
Menurut Kafrawi, ada tiga asumsi Islam Nusantara yaitu Islam Nusantara as the best understanding and practice of Islam, Islam Nusantara fits the local needs of Muslims across the globe, Islam Nusantara is exclusively NU.
"Yang pertama Islam Nusantara merupakan bentuk pemikiran, pemahaman, dan praktek keislaman yang dianggap paling baik. Sudah barang tentu ini akan berimbas pada apa yang kita maksud dengan the best, apakah the best yang dimaksud di sini yang bersifat universal, ideal, ataukah the best dengan pemahaman yang praktek dengan kondisi sosial masyarakat tertentu," ujarnya.
Menurutnya hal tersebut juga tergantung pada apa yang dimaksud dengan Islam Nusantara, apakah yang kita maksud dengan Islam Nusantara ini merupakan produk historis terhadap bentuk pemikiran, dan pemahaman, serta praktik keislaman.
"Yang kedua asumsi yang menyatakan bahwa Islam Nusantara itu fits the local needs of Muslims across the globe. Jadi Islam Nusantara sebagaimana yang telah dipahami, dan diterjemahkan dalam konteks kehidupan masyarakat kita masyarakat Indonesia, NU, Muhammadiyah, Persis. Baik itu secara individu, oleh Gus Dur, Cak Nur, Munawir, dan lain sebagainya. Dan juga para kiai, para penyebar Islam di abad awal Islam datang ke Indonesia, sampai masa kontemporer sekarang," ujar Shalahudin Kafrawi yang juga Associate Professor Hobart and William Smith Colleges, Geneva New York.
Asumsi yang ketiga bahwa Islam Nusantara itu yang sangat NU, exclusively NU. "Islam Nusantara ala NU yang kita pandang sebagai pemahaman, pemikiran, dan praktik keislaman yang kita yakini, dan kita anggap paling dekat dengan misi dan visi Islam awal, sesuai dengan maqaidus syariah," jelasnya pada kegiatan yang diadakan oleh NU Online bekerja sama dengan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia).
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua