Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan pendekatan adu dalil oleh kelompok penolak sistem khilafah sulit untuk diharapkan dalam menyudahi radikalisme. (Foto: NU Online/Suwitno)
Alhafiz Kurniawan
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027 KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memberikan pandangan baru dalam menyelesaikan persoalan radikalisme. Gus Yahya mengatakan, masalah radikalisme dapat dijawab melalui pengakuan atas perubahan tatanan peradaban manusia hari ini.
Dalam pertemuan perdana pengurus harian PBNU, Gus Yahya mengatakan bahwa radikalisme terbukti merusak tatanan peradaban manusia karena kelompok pengusung radikalisme berusaha mengembalikan masyarakat dunia ke dalam tatanan global sebelum Perang Dunia I, yaitu sistem kekhilafahan.
Gus Yahya yang terpilih dalam Muktamar Ke-34 NU di Lampung pada 22-23 Desember 2021 lalu mengatakan, upaya pengembalian masyarakat dunia ke dalam satu negara di bawah sistem kekhilafahan memiliki konsekuensi berbahaya karena menghendaki pembubaran banyak negara. Konsekuensi ini berujung pada konflik yang dapat memakan korban jiwa.
"Kita ingin menyasar masalah radikalisme secara lebih tepat sasaran. Selama ini yang ada dalam diskursus radikalisme adalah perdebatan teologis. Kalau bisa dikatakan hanya semata perdebatan teologis atau adu dalil," kata Gus Yahya.
Menurut Gus Yahya, pendekatan adu dalil oleh kelompok penolak sistem khilafah sulit untuk diharapkan dalam menyudahi radikalisme. Kelompok pengusung dan penolak sistem khilafah, kata dia, memiliki dalil untuk memperkuat argumentasi masing-masing.
"Kalau mau dicari dalilnya, ada saja dalilnya. Kalau kita mau adu dalil, ya tidak selesai-selesai. Tapi mari kita bicara konsekuensi realistisnya, yaitu kalau kita menghendaki negara-negara ini bubar, maka kita harus meruntuhkan peradaban dunia ini sama sekali dengan meminta ratusan bahkan mungkin miliaran nyawa umat manusia," kata Gus Yahya.
Gus Yahya menolak gerakan-gerakan yang meruntuhkan peradaban kemanusiaan. Ia juga mengatakan, upaya-upaya kelompok yang memaksakan kehendak terlebih harus memakan korban nyawa umat manusia.
"Ini sama sekali tidak bisa kita terima," kata Gus Yahya di hadapan pengurus baru harian PBNU dan sejumlah wartawan dari berbagai media.
Ia menambahkan, pihaknya menyiapkan berbagai strategi untuk menjangkau audiens publik dalam berbagai platformnya, baik pertemuan langsung sebagaimana tradisi NU melalui pengajian-pengajian itu, maupun platform digital (untuk mengatasi masalah radikalisme).
Pewarta: Alhafiz Kurniawan
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua