Jelang Abad Kedua, Gus Nadir Harap NU Tingkatkan Mutu Sistem Pendidikan
Ahad, 31 Januari 2021 | 13:50 WIB
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Nadirsyah Hosen berharap, memasuki usia seratus tahun dan abad kedua mendatang, NU harus fokus untuk melakukan upaya meningkatkan mutu dan kualitas sistem pendidikan.
"Meningkatkan mutu dan kualitas sistem pendidikan kita misalnya menginstitusionalisasikan iqra itu harus menjadi perhatian kita semua,” ungkapnya dalam peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-95 NU secara virtual, pada Sabtu (30/1) malam.
Namun sayang, kata Gus Nadir, NU masih cukup kedodoran dalam hal pendidikan. Ia menegaskan, kampus Universitas Nahdlatul Ulama yang dibangun dalam lima hingga sepuluh tahun terakhir, seharusnya mampu menjadi pusat kajian kelas dunia.
“Tapi tentu saja saat ini kondisinya masih tahap awal (sehingga sulit diwujudkan). Namun pada abad kedua nanti, NU harus memiliki kampus yang menjadi rujukan pemikiran internasional. Begitu juga pesantren, tentu juga harus terus kita pertahankan. Kalau perlu kita tingkatkan kualitasnya, sebagai benteng dari pendidikan NU,” tegas Gus Nadir.
Selain soal pendidikan, NU diharapkan pula untuk dapat berjuang mewujudkan keadilan serta menjamin kesejahteraan sosial. Saat ini, Gus Nadir menuturkan bahwa siapa yang mampu menguasa pendidikan, menegakkan keadilan, dan menjamin kesejahteraan maka dapat menguasai dunia.
“Pada sisi yang sama kita juga melihat peradaban dunia saat ini yang porak-poranda, akibat kerusakan tangan manusia, keserakahan nafsu berkuasa, ketimpangan sosial, dan satu sama lain bukannya saling bergandengan tangan untuk memperkuat jamaah tapi malah saling menegasikan,” ungkap Gus Nadir.
“Maka sisi kemanusiaan kita menjadi semakin tercabik-cabik di abad ke-21,” lanjutnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini menuturkan bahwa dari zaman ke zaman, NU selalu hadir di tengah masyarakat untuk memberikan solusi dan jalan keluar dari berbagai persoalan.
“Bahkan yang sering disampaikan Ketum PBNU bahwa tugas ulama itu adalah liyatafaqqahu fiddin, mengajarkan tentang beragama yang baik. Kemudian yang kedua adalah wal yandzhur qaumahum, para ulama hadir di tengah masyarakat memberikan solusi. Kiai-kiai kampung selalu menjadi penengah dan juru damai di tengah masyarakat,” tutur Helmy.
Ia lantas mengutip sebuah hadits, yakni al-ulama waratsatul anbiya yang artinya adalah para ulama merupakan pewaris nabi. Oleh karena itu, dengan berkhidmah kepada ulama, ia yakin dapat meneruskan risalah agung Rasulullah untuk terus mengajarkan pada kebaikan.
“Alhamdulillah kita bisa ikut dalam rumah besar Jam’iyah NU sebagai sebuah kebanggan dan kehormatan. Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan umur panjang bisa mengikuti khidmah di organsiasi yang kita semua yakin organisasi ini membawa keberkahan bagi kita,” kata Helmy, bersyukur.
Menurutnya, NU merupakan organisasi yang didirikan oleh para awliya dan ulama yang luar biasa. “Untuk itu kita semua mari tetap bangga dan khidmah kepada ulama karena itu adalah kunci kita untuk mendapatkan keberkahan,” harapnya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua