Nasional

Kawal NU Hadir sebagai Platform Aspirasi Digital untuk Dorong Transparansi Organisasi

NU Online  ·  Ahad, 21 Desember 2025 | 23:25 WIB

Kawal NU Hadir sebagai Platform Aspirasi Digital untuk Dorong Transparansi Organisasi

Momen peluncuran dan sosialisasi platform digital Kawal NU dalam Musyawarah Besar Warga NU di Ciganjur, Jakarta Selatan, pada Ahad (21/12/2025). (Foto: NU Online/Aji)

Jakarta, NU Online

Salah satu momen dalam Musyawarah Besar Warga Nahdlatul Ulama (NU) di Ciganjur, Jakarta Selatan, adalah peluncuran sekaligus sosialisasi platform digital Kawal NU. Sebuah platform yang memberikan ruang bagi warga NU untuk menyuarakan aspirasi secara digital sekaligus mendorong transparansi organisasi.


Pengelola Kawal NU Robin Syihab menjelaskan bahwa lahirnya Kawal NU berangkat dari kegelisahan Nahdliyin yang kerap tidak memperoleh informasi utuh dari pimpinan organisasi, khususnya terkait transparansi kebijakan di tingkat elite Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).


“Jika kita urut akar masalahnya, ini adalah masalah kurangnya transparansi para elite di atas, misalnya tiba-tiba ada pemecatan dan lain sebagainya,” jelas Robin kepada NU Online di Ciganjur, Jakarta Selatan, pada Ahad (21/12/2025).


Robin menuturkan bahwa kehadiran Kawal NU juga disesuaikan dengan karakter generasi muda yang merupakan digital native dan akrab dengan media sosial. Namun yang membedakan Kawal NU dengan platform digital lainnya adalah penekanan pada aspek akuntabilitas.


“Yang membedakan Kawal NU dengan platform lain adalah aspek akuntabilitasnya. Apa yang di-posting dan ditulis harus bisa dipertanggungjawabkan, sehingga tidak liar atau anonim seperti di luar yang akhirnya memecah belah dan menjatuhkan nama NU. Kawal NU bertujuan mengumpulkan informasi sebelum menjadi bola salju yang liar di platform lain," jelasnya. 


Ia menyebut, platform ini berfungsi layaknya sensor agar para pengurus dan pemimpin NU dapat lebih bijak dalam mengambil kebijakan. Dalam hal menjaga kepercayaan, Kawal NU memanfaatkan kultur sanad yang sudah mengakar di lingkungan NU, namun dikemas dalam bentuk digital.


“Di Kawal NU, kita bisa tahu siapa yang bicara, siapa yang membawa informasi, dan siapa yang memvalidasinya. Kami memanfaatkan kultur sanad ini namun dalam bentuk digitalisasi agar platform tetap sehat dan memberikan kritik yang membangun,” kata Robin.


Saat ini, akses Kawal NU dibuka untuk umum. Namun, pengguna yang belum mendapatkan validasi dari pihak internal hanya dapat membaca tanpa menulis. Mekanisme tersebut diterapkan untuk memastikan setiap aspirasi yang masuk tetap terjaga kualitas dan validitasnya.


“Kalau di tubuh ada rasa panas atau demam, kita bisa segera berobat. Selama ini di NU, sering kali kita baru tahu masalahnya setelah sudah ‘stadium tiga’, sehingga sulit diupayakan Islah,” ujarnya.


Robin menegaskan bahwa Kawal NU dibangun dari warga NU kultural, bukan dari struktur kepengurusan. Oleh karena itu, platform ini dibawa dan dibahas dalam Musyawarah Besar NU 2025 dengan harapan lahir sebagai inisiatif warga NU.


“Nanti kalau ini sudah oke, kami akan mengalihsumberkan secara terbuka (open source) sehingga terbuka untuk umum. Siapa pun bisa mengecek menggunakan itu, sehingga tidak ada yang merasa memiliki atau merasa ini milik saya,” ujarnya.


“Jadi, sebisa mungkin nanti kita semuanya berasal dari warga NU, tidak terafiliasi oleh siapa pun untuk pengelolaannya. Pengelolaannya diambil dari keputusan musyawarah,” pungkasnya.


Platform Kawal NU bisa diakses melalui tautan kawal.nu

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang