Kebebasan Bergagasan Jadi Dasar Wujudkan Demokrasi Substansial
Sabtu, 8 Januari 2022 | 11:00 WIB
Tangkap layar video H Masduko Baidlowi pada tayangan 'Pemikiran Gus Dur tentang Demokrasi' di akun Youtube NU Online.
Malik Ibnu Zaman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Wasekjen PBNU) masa khidmah 2015-2021, Masduki Baidlowi menceritakan pemikiran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk mewujudkan demokrasi substansial yang harus diawali oleh kebebasan bergagasan.
"Jadi kita harus bergagasan mau apa, itu penting. Misalnya Semarang, Semarang itu mau apa? Bagaimana agar kesejahteraan yang sifatnya publik, pelayanan publik itu bagus," ujar KH Masduki Baidlowi pada tayangan Pemikiran Gus Dur tentang Demokrasi di akun Youtube NU Online diakses Jumat (7/1/2022).
Menurutnya siapa yang menggagas bisa saja orang-orang NU, orang-orang Muhamadiyah, dan semua kelompok masyarakat, agar gagasan itu menjadi wacana yang kuat. Jangan sampai gagasan-gagasan bagus tidak ada. Ia juga berpesan agar masyarakat tidak terlena dengan politik uang supaya demokrasi tidak dikuasai oleh partai.
"Jadi wacana itu harus kuat di awal. Itu untuk membangun substansi demokrasi, bagaimana hukum yang adil, bagaimana (pelaku) UMKM (Usaha Mikro Keceil dan Menengah) supaya bisa berdagang, bisa mempunyai akses yang bagus, yang sama aksesnya dengan kelompok-kelompok Tionghoa," ujar pria yang kerap disapa Cak Duki itu.
Ia mengatakan bahwa kelompok-kelompok Tionghoa memiliki akses yang begitu kuat terhadap bank. Para pelaku UMKM juga harus punya akses yang kuat terhadap bank. "Bagaimana caranya? Ini semuanya kan informasi yang asimetris terhadap bank, itu masalahnya. Karena informasi yang terjadi mestinya adalah simetris, mulai dari bawah sampai ke atas. Itulah yang mesti kita bangun bersama-sama," jelasnya.
Bagi NU gagasan itu sudah tidak lagi persoalan gagasan-gagasan ideologis, karena bagi NU, hal itu sudah selesai. Tetapi gagasan inti bagi NU adalah gagasan bagaimana ekonomi itu mesti bangkit, bagaimana pendidikan mesti bermutu. Jika melihat kawasan muslim di seluruh dunia, semuanya masih tidak selesai dengan masalah-masalah transformasi pendidikan, SDM.
"Kalau kita lihat di Jepang bukan Muslim. Kita lihat Thailand bukan Muslim. Kita lihat Hong Kong bukan Muslim , pendidikannya maju, Singapura pendidikannya maju. Tetapi kita pendidikannya tidak maju, itu kan tidak menggambarkan agama kita. Katanya Al-islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih, nyatanya umatnya tidak seperti itu. Kenapa seperti itu? Karena kita tidak pernah prihatin. Itu harus kita selesaikan, itu harus kita perjuangkan," tegasnya.
Sebelumnya Masduki menyebutkan bahwa ada dua dua prinsip demokrasi yang dibangun oleh Gus Dur, yaitu demokrasi yang bersifat prosedural dan demokrasi yang bersifat substansial. Sayangnya bangsa Indonesia hingga saat ini baru bisa mengaplikasikan demokrasi prosedural.
"Demokrasi prosedural itu apa? Artinya kita dipilih, memilih. Memilih bupati, memilih wali kota, memilih anggota DPR, memilih Presiden, dan seterusnya," kata Cak Duki.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua