Kembali Menentang Politik Identitas, Gus Yahya: Jangan Permainkan Agama
Ahad, 14 Mei 2023 | 13:00 WIB
Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat Halal Bihalal PBNU di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, Ahad (14/5/2023). (Foto: NU Online)
Aru Lego Triono
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) kembali menyatakan diri untuk menentang praktik politik identitas yang membawa agama demi memperoleh kekuasaan di dunia. Ia meminta warga untuk memperlakukan agama dengan hati-hati.
Hal itu ditegaskan saat Gus Yahya hadir dalam agenda Halal Bihalal PBNU di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, pada Ahad (14/5/2023).
"Jangan mempermainkan agama. Jangan menjadikan agama alat permainan, apalagi untuk memperoleh dunia. Maka dari awal, saya menentang politik identitas. Karena bagi saya, politik identitas dengan membawa-bawa agama itu mempermainkan agama," tegas Gus Yahya.
Ia lantas mencontohkan praktik politik identitas dengan menyertakan agama. Misalnya, ada pihak yang mengajak orang untuk ikut dengan mengatakan bahwa perjuangannya itu semata demi agama. Padahal, kata Gus Yahya, pihak yang mengajak itu sebenarnya hanya sedang mencari dunia yaitu jabatan.
"Kepada banyak orang, ngajak-ngajak 'Kalau ikut saya masuk surga, nyoblos saya masuk surga, nggak nyoblos saya masuk neraka dan tidak berhak dishalati kalau meninggal', misalnya," jelas Gus Yahya mencontohkan.
Gus Yahya lantas mengingatkan warga NU agar tidak menggunakan politik identitas untuk mencari kekuasaan dunia dengan menggunakan agama sebagai alat. Sebab hal itu sama dengan mempermainkan agama dan akan berakibat kualat.
"Jangan sampai kita ikut-ikutan nantang kualat seperti ini. Pokoknya jangan nantang kualat karena kualat ini bahaya," terang Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Gus Yahya kemudian menjelaskan makna ayat yang dititipkan Syekh Kholil Bangkalan kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, yakni sebuah pesan bahwa siapa pun yang memusuhi NU akan memenuhi kehancuran. Isyarat tersebut dimaknai oleh Gus Yahya sebagai kualat.
"Itu intinya sebetulnya kualat kepada NU. Maka mari kita sungguh-sungguh memperhatikan tindak-tanduk kita jangan sampai kualat," harap Gus Yahya.
Halal Bihalal bertajuk Syawalan Bahagia Menuju NU Digdaya di Abad Kedua ini dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan seni dari Paduan Suara UIN Walisongo, Paduan Suara RS dr R Soedarsono Kota Pasuruan, Grup Musik Padang Howo Pasuruan, Sanggar Tari Gandes Luwes Kota Pasuruan, dan Pedangdut asal Pasuruan Cak Sodiq New Monata.
Pada kesempatan itu, hadir Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar beserta para Wakil Rais Aam PBNU yakni KH Anwar Iskandar dan KH Afifuddin Muhajir. Hadir juga Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori.
Di jajaran tanfidziyah hadir Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa, Sekretaris Jenderal PBNU H Saifullah Yusuf, dan Bendahara Umum PBNU Gus Gudfan Arif Ghofur, serta jajaran PBNU lainnya.
Selain itu, turut hadir jajaran PWNU se-Indonesia serta PCNU dan MWCNU se-Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua