Nasional

Kemenag dan Liga Muslim Dunia Teken Kerja Sama Penguatan Kerukunan Umat Beragama

NU Online  ·  Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:30 WIB

Kemenag dan Liga Muslim Dunia Teken Kerja Sama Penguatan Kerukunan Umat Beragama

Sesi foto bersama usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di Kantor Kemenag, Jl MH Thamrin, Jakarta, pada Sabtu (6/12/2025). (Foto: NU Online/Risky)

Jakarta, NU Online

Kementerian Agama (Kemenag) RI dan Liga Muslim Dunia menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama terkait kerukunan umat beragama.


Penandatanganan ini berlangsung di Auditorium HM Rasjidi Kemenag RI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Sabtu (6/12/2025).


Acara tersebut turut dihadiri Menag RI Nasaruddin Umar, Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Syekh Mohammed bin Abdul Karim Al-Issa, serta sejumlah pemuka agama di Indonesia.


Nasaruddin menyebut bahwa di antara isi dalam kerja sama itu yakni kerja sama dalam bidang kesenian Al-Qur'an, antra lain Musabaqah Qiratil Qur'an Internasional dan Disabilitas serta Dialog Lintas Umat Beragama.


"Di samping itu banyak lagi kerja sama kita, terutama untuk penguatan-penguatan umat Islam antardua negara, dialog-dialog antarkeyakinan. Itulah yang dilakukan oleh dua negara," ujarnya saat konferensi pers.


Sebelumnya, ia menekankan pentingnya menghidupkan spiritualitas keagamaan. Aspek ini disebut jadi fondasi penting tegaknya kerukunan umat beragama bagi Indonesia maupun dunia.


"Masa depan umat manusia tidak bisa dibangun dengan kompetisi yang membinasakan, tetapi masa depan hanya mungkin bisa terwujud jika kita menenunnya dengan fondasi kerukunan yang tertib," ujarnya di hadapan pemuka lintas agama yang tampak mengenakan simbol khas keagamaan masing-masing.


Ia pun mengajak hadirin untuk menghayati nilai-nilai keagamaan dalam rangka merawat keharmonisan dan mengupayakan keadilan di muka bumi.


"Mari kita lanjutkan tugas suci ini dengan hati yang suci dan niat yang tulus, karena menjaga kerukunan adalah bagian dari ibadah," pungkasnya.


Sejalan, Syekh Mohammed bin Abdul Karim Al-Issa mengatakan bahwa dialog merupakan gerbang membuka kerja sama dan persaudaraan.


Menurutnya, perbedaan yang bersifat niscaya harus disikapi dengan bijaksana. Ia menilai, pemuka atau pemimpin agama berkewajiban memberikan teladan dan nasihat.


"Kita tidak hanya membutuhkan para penghafal teks-teks agama, melainkan yang memahami teks-teks tersebut untuk mencapai kedamaian dan keharmonisan semua umat manusia," jelasnya.


Ia menegaskan, perbedaan adalah sunnatullah bukan sumber konflik ataupun perpecahan. Sebab baginya, menumbuhkan kesadaran semacam ini membutuhkan waktu yang relatif lama sekaligus butuh bergandengan tangan.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang