Nasional

Kenapa Disebut Hari Arafah?

Sabtu, 15 Juni 2024 | 19:15 WIB

Kenapa Disebut Hari Arafah?

Padang Arafah (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online
Hari Arafah jatuh pada setiap tanggal 9 Dzulhijjah. Di hari ini, para jamaah haji akan melaksanakan wukuf atau berdiam di Padang Arafah. Tidak sekadar berdiam diri, mereka juga dianjurkan untuk berdoa serta berzikir. Sementara bagi umat Islam yang tidak sedang menunaikan ibadah haji, disunnahkan berpuasa. 

 

Lalu kenapa disebut Hari Arafah? Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan, Jawa Timur dalam artikelnya di NU Online berjudul Penamaan Hari Tarwiyah Arafah dan Keutamaannya, menyebutkan bahwa ulama berbeda pendapat terkait penanaman atas Hari Arafah.

 

Sebagian ulama, kata dia, ada yang mengatakan Arafah diambil dari kata i’tiraf (pengetahuan), karena pada Hari Arafah umat Islam mengetahui dan membenarkan Al-Haqq (Allah) sebagai satu-satunya Dzat yang harus disembah, Allah merupakan Dzat Yang Agung.


Pendapat yang lain menyebutkan bahwa Arafah diambil dari kata Arafa yang mempunyai makna bau yang harum. Artinya, dengan melaksanakan ibadah haji di Arafah, menunjukkan bahwa orang ingin bertobat kepada-Nya, melepas semua kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan, dan menghindar dari perbuatan dosa.

 


Dengan demikian, secara tidak langsung orang sedang berusaha untuk mendapatkan surga di sisi Allah, dan kelak akan memiliki bau yang harum di dalam surga.

 

Lebih jauh, Ustadz Sunnatullah kemudian menuliskan pandangan Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam kitabnya, Tafsir Mafatihil Ghaib yang menyatakan bahwa ada delapan alasan di balik penamaan Hari Arafah. 


1. Nabi Adam dan hawa kembali mengetahui satu sama lain 
Dalam pandangan Ar-Razi yang pertama, Hari Arafah menjadi memontum Nabi Adam dan Sayyidah Hawa kembali bertemu setelah sekian lama terpisah dari surga. Allah mempertemukan pasangan suami istri itu, sehingga keduanya menjadi tahu (arafa) antara satu dengan lainnya.


2. Nabi Adam mengetahui cara melakukan ibadah haji dari Malaikat Jibril
Disebutkan Ar-Razi, Malaikat Jibril mengajarkan tatacara melakukan ibadah haji pada Nabi Adam ‘alaihissalâm, dan ketika sampai di tanah Arafah, Jibril berkata kepadanya, “Apakah engkau sudah tahu?” Nabi Adam ‘alaihissalâm menjawab, “Iya, tahu.” Karenanya, hari itu dikenal dengan hari Arafah (tahu).


3. Nabi Ibrahim mengetahui kebenaran mimpinya
Nabi Ibrahim sempat bingung setelah beberapa kali bermimpi agar menyembelih putranya, Ismail. Setelah melewatinya, pada hari itu Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm kemudian mengetahui (Arafah) kebenaran mimpi untuk menyembelih putranya Ismail.


4. Nabi Ibrahim mengetahui tata cara ibadah haji
Pada hari itu Malaikat Jibril mengajarkan tentang tatacara melaksanakan ibadah haji kepada Nabi Ibrahim ‘alaihimassalam, dan membawanya menuju Arafah. Sesampainya di sana, Jibril bertanya, “Apakah engkau tahu tentang cara thawaf dan di mana thawaf dilakukan?” Nabi Adam ‘alaihissalâm menjawab, “Iya, tahu.” 


5. Pertemuan Nabi Ibrahim dengan keluarganya
Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm pergi menuju Syam dan meninggalkan anaknya Nabi Ismail ‘alaihissalâm dan Istrinya Sayyidah Hajar di Makkah. Mereka tidak pernah bertemu selama beberapa tahun, kemudian oleh Allah keduanya dipertemukan tepat pada hari Arafah. 


6. Nabi Ibrahim mimpi agar menyembelih putranya

Disebut Hari Arafah, karena pada hari itu  Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm bermimpi untuk menyembelih putranya Nabi Ismail 'alaihissalam, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. 


7. Jamaah haji menyebut Arafah

Dinamai Hari Arafah, karena pada hari itu orang-orang yang sedang melakukan ibadah haji menamainya dengan kata Arafah ketika berhenti di tanah Arafah. 


8. Allah memberi tahu ampunan-Nya

Dijelaskan Ar-Razi bahwa dikatakan Hari Arafah karena pada hari itu Allah memberitahukan (yata’arrafu) dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah haji dengan ampunan (maghfirah) dan rahmat.