Nasional

Kenapa Harus Ada Lesbumi?

Selasa, 4 Juli 2017 | 06:17 WIB

Jakarta, NU Online
Lesbumi NU didirikan pada 28 Maret 1962 sebagai wadah perjuangan para seniman dan budayawan NU. Kalau itu, terjadi pertentangan antarpara tokoh NU soal pendirian organisasi seniman ini. Tetapi akhirnya tetap berdiri. 

Kiai Said Aqil Siroj saat meresmikan Bengkel Kreatif Hello Indonesia NU di Bintaro Tangerang Selatan (3/7) menjelaskan  agama bukan hanya ritual, bukan hanya simbol, bukan hanya formal. Agama merupakan cahaya kehidupan yang harus menyinari umatnya sepanjang hidupnya. Seni dan budaya menjadi salah satu cara untuk mengekpresikan diri dalam mewujudkan kecintaan kepada Allah.

“Kita tegaskan bahwa Islam Nusantara adalah Islam yang membangun Islam di atas infrastruktur budaya yang kokok. Karena itu, budaya yang ada, yang kita warisi dari berbagai daerah harus kita perkuat, bukan hanya dipertahankan. Dan di atas budaya itu, kita bangun Islam. Jangan dibalik,’ katanya.

Ia mencontohkan budaya Jawa berupa pakaian sarung digunakan untuk shalat. “Jangan dibalik, gamis untuk demo.  Itu namanya memperalat simbol agama untuk kepentingan agama, ya kalau benar, kadang sangat kotor niatnya,” ujarnya. 

Bagi mereka yang sempit dan dangkal pemahaman agama, yang dimaksud agama adalah legal formal. pakaiannya harus berjubah seperti orang Arab atau memelihara jenggot. Dikatakannya, Walisongo tidak pernah mengkonflikkan agama dengan budaya. Tetapi mereka berhasil mengislamkan Indonesia. “Jangan sampai yang sudah mapan ini diobrak-abrik,” tegasnya. 

Beberapa ulama klasik menekankan pentingnya menjaga tradisi. Kiai Said mengutip Sufyan bin Uyainah bahwa meninggalkan tradisi yang ada itu tidak baik. Bahkan Imam Abu Hanifah mengatakan tradisi bisa menjadi sumber hukum, fiqih, seperti ijma dan qiyas.
 
“Seni sangat penting dalam menyebarkan agama Islam. Dzunnun al Misri mengatakan,  seni itu adalah suara kebenaran yang bisa menggugah hati kita menuju Allah. Sering sekali, jika mendengarkan ceramah, mendengarkan Qur’an, tidak tergerak. Tetapi melalui seni, hatinya orang menjadi luluh,”pungkasnya. (Mukafi Niam)