Dalam laporan akademik hasil penelitian Endah Ratna Sonya pada berjudul Adaptasi Terdampak Pembangunan Waduk Jatigede (Kasus di Desa Pewenang Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang) menyebutkan adanya interaksi sosial antara warga asli dan warga pendatang dari dampak relokasi pembangunan Waduk Jatigede Sumedang, Jawa Barat.
Penelitian sendiri dibantu dengan dukungan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama tahun anggaran 2018. Penelitian didasarkan bahwa pembangunan Waduk Jatigede yang bertujuan menyediakan air irigasi untuk tiga kabupaten sekitar, berdampak pada relokasi warga dari desa-desa yang mengalami penggenangan. Relokasi ini menyebabkan adanya interaksi dan adaptasi warga asli dan pendatang.
Peneliti menyebutkan pada dasarnya setiap makhluk hidup yang berkelompok dalam suatu masyarakat terdapat pola-pola interaksi tertentu yang akan melibatkan dua orang atau lebih yang kemudian secara bersama-sama memiliki suatu tujuan yang diwujudkan dengan suatu tindakan. Hubungan tersebut akan berjalan dengan baik, bila terarah sesuai dengan tujuan dan norma yang telah disepakati oleh bersama. Dalam hal ini sesuai dengan ciri interaksi menurut beberapa tokoh sosial adalah hubungan yang bersifat dinamis yang mempertemukan individu dengan inidvidu, kelompok dengan kelompok dan individu dengan kelompok manusia.
Hubungan tersebut juga terjadi bila kedua belah pihak tersebut saling bertemu atau melakukan suatu komunikasi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Adapun wujud dari interaksi sosial itu sendiri adalah dapat berupa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan atau berupa persaingan yang akan mengarah pada konflik. Pola interaksi yang terjadi salah satunya tergambar dari penuturan Juharna selaku Ketua RT sekaligus salah seorang masyarakat pribumi di Kampung Sukahening, lokasi penelitian dilakan.
Berdasarkan wawancara dengan Juharna tanggal 27 Agustus
2018 pukul 10.00 WIB, peneliti menyertakan kutipan wawancara tersebut:
"Alhamdulillah saya selaku Ketua RT di Kampung Sukahening dan sudah lama menjadi masyarakat pribumi disini, saya merasakan bahwa hubungan keakraban di kampung ini masih terjalin dengan baik, rasa kepeduliannya masih tinggi, saling membantu dan gotong royong pun masih terjalin, seperti ketika ada yang membangun rumah, maka tetangga ataupun masyarakat lainnya ikut membantu baik itu berupa tenaga maupun materi, jika ada yang sakit pun tetangga saling menjenguk, kerja bakti pun masih suka dilaksanakan, pengajian ibu-ibu, karena pada hakikatnya sesama manusia itu pasti saling membutuhkan."
Berdasarkan hasil wawancara di atas, sebut peneliti, interakasi antara sesama masyarakat pribumi terjalin dengan baik, karena dapat dilihat dalam hubungan sosialisasi baik itu dalam hal kepentingan inidividu maupun kepentingan bersama selalu terselesaikan dan terjalin dengan baik pula. Seperti dalam sumbangan peringatan hari-hari besar maupun untuk kegiatan sosial lainnya dan sumbangan dana untuk orang sakit dan orang meninggalpun masyarakat lainnya ikut saling membantu.
Pada dasarnya hubungan interkasi sosial yang terjalin di masyarakat pribumi denan masyarakat pribumi merupakan hubungan yang sifatnya saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, bahkan dengan lingkungan sekitarnya, dalam hal ini telah terjadi pertukaran keuntungan bagi kedua belah pihak. Dari itu pula timbul suatu bentuk kehidupan yang dapat diwujudkan dalam bentuk baik itu solidaritas, toleransi, serta saling menghargai dan saling menghormati antar sesama masyarakat lainnya guna mencapai suatu tujuan bersama.
Peneliti juga menyertakan hasil wawancara dengan Bu Mamah, seorang warga asliKampung Sukahening. Berdasarkan wawancara pada tanggal 27 Agustus 2018 pukul 10.00 WIB, diungkapkan kehidupan dalam bermasyarakat di Kampung Sukahening ini sangatlah mementingkan kebersamaan antarsesama anggota masyarakat.
Dalam laporan tersebut, peneliti mengutip penuturan Bu Mamah yang mengungkapkan, "Di Kampung Sukahening ini setiap hari Sabtu di Masjid Jami Nurul Jannah ibu-ibu selalu menghadiri pengajian rutin guna menambah ilmu dari apa yang disampaikan oleh Ustadz Salman. Sedangkan hari Jumat ibu-ibu bersama-sama mengahadiri pengajian rutin di Mushala Al-Barokah oleh Ustadz Ahmad, yang letaknya tidak jauh dari Mesjid Jami Nurul Jannah, dan alhamdulillah sampai saat ini pengajian berjalan lancar. Begitupun saya dan ibu-ibu di sini pun selalu menyempatkan waktu untuk mengahadiri pengajian rutinan tersebut karena waktu dan jam kegiatan pengajian rutin tersebut diselenggarakan sekitar pukul 16.00 sampai 17.00 WIB, sehingga tidak mengganggu waktu aktivitas ibu-ibu seperti yang pergi ke sawah, mengajar, dan lain lain. Selain itu juga saya dan ibu-ibu lainnya bergiliran untuk membawa makanan sebagai bentuk jamuan untuk ibu-ibu yang hadir pada pengajian rutin tersebut."
Dari penuturan di atas, terungkap bahwa dalam pengajian yang diadakan secara rutin oleh ibu-ibu di sekitar Kampung Sukahening pada hari Jumat sore dan Sabtu sore yang dimulai dari pukul 16.00 sampai 17.00 ibu-ibu selalu menyempatkan diri untuk menambah ilmu dan bersilaturahmi dengan ibu-ibu lainnya. Mereka saling bercanda maupun bercerita sudah tidak canggung lagi, sehingga mereka sudah sangat akrab layaknya dengan saudara sendiri, karena dapat dilihat dari solidaritas dan kerja sama yang tinggi sehingga menghasilkan interaksi yang baik dalam masyarakat.
Editor: Kendi Setiawan