Nasional HARI SANTRI 2020

Kesadaran Santri akan Wabah dan Bencana Perlu Dibangkitkan

Jumat, 23 Oktober 2020 | 12:15 WIB

Kesadaran Santri akan Wabah dan Bencana Perlu Dibangkitkan

Relawan LPBINU membantu warga di lokasi bencana banjir dan tanah longsor. (Foto: LPBINU)

Jakarta, NU Online

Memeriahkan peringatan Hari Santri 2020, Pesantren Development Project (PDP) berkolaborasi dengan Generasi Cerdas Iklim (GCI) menggelar Workshop Pesantren Sadar Wabah dan Bencana bersama Perwakilan Wilayah Pesantren se-Indonesia. Workshop secara virtual tersebut sebagai bagian dari bentuk jihad santri melawan pandemi Covid-19.

 

"Kegiatan tersebut digelar dalam rangka memberikan pemahaman kepada santri dan insan pesantren tentang pentingnya kesadaran terhadap ancaman wabah dan bencana," kata Ikrom Mustofa dari Generasi Cerdas Iklim, Kamis (22/10).

 

Kegiatan yang digelar pukul 09.00 WIB sampai 16.00 WIB menghadirkan pula Erma Mu'tatal, Dewan Pengawas GCI; Danty Oktiana Prastiwi dari Lembaga Beasiswa Bakti GCI; dan juga Sigit Eko Januar Ketua Yayasan GCI. Masing-masing mereka menyampaikan materi tentang sadar wabah dan bencana.

 

Ikram menambahkan bahwa melalui kegiatan ini diharapkan seluruh civitas akademik pesantren mampu meningkatkan kapasitas dalam hal waspada terhadap bahaya wabah dan ancaman bencana.

 

"Pesantren sebagai sebuah entitas penting di Indonesia memiliki peran besar untuk ikut serta mengurangi dampak wabah dan bencana," terangnya. 

 

Menurut Ikram, yang berbahaya bukan hanya soal ideologi atau radikalisme saja, tapi juga wabah dan bencana yang seringkali luput dari persiapan dan antisipasi. 

 

Aminuddin Ma'ruf, Staf Khusus Presiden RI mengatakan atas nama pemerintah mengucapkan Selamat Hari Santri kepada seluruh pondok pesantren di Indonesia.

 

"Semoga santri dan pesantren terus berkolaborasi dan senantiasa mengambil peran dalam visi Indonesia Maju," katanya.

 

Aminuddin juga menyebut bahwa kesadaran pesantren terhadap wabah dan bencana sebetulnya sudah ada. "Namun, perlu adanya strategi dari pakar dan ketegasan kolektif seluruh elemen pesantren, sehingga santri dapat belajar dengan aman, tenang, dan nyaman seperti biasanya," ujarnya. 

 

Tiga jenis potensi bencana

Terpisah, Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahana Iklim (LPBI) PBNU, M Ali Yusuf mengatakan, potensi bencana di Indonesia terbagi dalam tiga jenis. Pertama adalah bencana geologi  seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Potensi bencana jenis ini karena Indonesia berapa diapit tiga lempeng besar dunia yakni Lempeng Indo-Australian, Eurasia dan Lempeng Pasifik.

 

"Selain itu, Indonesia juga berada di Pacific Ring Of Fire (cincin api) yaitu jalur rangkaian gunung api paling aktif di dunia yang membentang sepanjang lempeng pasifik," kata Ali, Jumat (23/10) pagi.

 

Jenis kedua adalah bencana hidrometeorologi  berupa banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin ribut, kekeringan dan kebakaran hutan. Potensi ini karena daya dukung lingkungan di Indonesia yang sudah rusak. Istilah lain untu jenis kedua ini adalah bencana ekologi.

 

"Bencana ketiga karena kegagalan teknologi, epidemi, dan wabah penyakit," imbuhnya.

 

Budaya sadar risiko bencana, menurut Ali, masih menjadi PR besar di Indonesia. Pasalnya, banyak orang yang tidak tahu potensi risiko bencana yang ada di tempatnya dan daerahnya. "Ada juga yang sudah tahu risiko bencana, tetapi tidak peduli terhadap situasi di daerah dan di sekelilingnya," tegas Ali.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad