KH Miftachul Akhyar Kisahkan Saat Ditunjuk sebagai Rais Aam PBNU
Rabu, 3 November 2021 | 04:00 WIB
Muhamad Abror
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ra’is ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengisahkan saat dirinya ditunjuk untuk menjadi Ra’is ‘Aam PBNU pada 2018 silam. Karena saat itu merasa belum pantas, Kiai Miftach mengusulkan KH Maimoen Zubair atau Kiai Tholhah Hasan yang menjadi Rais ‘Aam. Bukan malah bersedia, keduanya justru memarahi Kiai Miftach.
“Ternyata bakda Isya, saya ditelpon Mbah Maimoen. Dia bilang, ‘Kiai, kamu itu saya jaga-jaga, kok malah mundur, pokoknya nggak boleh,” kenang Kiai Miftach pada tayangan Perjalanan Khidmah di NU di You Tube NU Online, Selasa (3/11/2021).
Pada saat itu, lanjut Kiai Miftach, posisi dirinya sebagai wakil Ra’is ‘Aam PBNU dan Ra’is ‘Aam-nya adalah KH Ma’ruf Amin. Sehubungan KH Ma’ruf sudah ditetapkan sebagai calon wakil presiden dari Joko Widodo di Pilpres 2019, maka pada Sabtu (22/9/2018) Kiai Ma’ruf mengundurkan diri dari jabatannya sesuai dengan AD/ART yang ada.
“Berhubung aturan di AD/ART mengatakan bahwa jika Rais ‘Aam berhalangan tetap, maka wakil Rais ‘Aam harus yang menggantikan,” ungkap kiai kelahiran Surabaya, Jawa Timur itu.
Baca juga: Mengenal Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar
Dalam pandangan Kiai Miftach, menerima amanah sebagai Rais ‘Aam itu bukan perkara ringan, tetapi sangat berat. Saking sakralnya, Ia menilai bahwa posisi Rais ‘Aam itu sudah seperti di atas presiden. Jika ia naik menjadi Rais ‘Aam, ia merasa su’ul adab dengan Kiai Ma’ruf nanti ketika sudah menjadi wakil presiden.
“Karena saya sendiri mengatakan, Rais Aam itu di atasnya presiden, apalagi hanya Wapres,” papar terang Pengasuh Pondok Pesantren Miftsachus Sunnah, Surabaya itu.
Dalam video itu, Kiai Miftach menjelaskan perjalanan khidmahnya di NU, yaitu mulai di MWC Tambaksari, Surabaya; Wakil Rais Syuriyah PCNU Surabaya pada 1978, Wakil Rais Syuriyah PCNU Surabaya 1980, Wakil Rais Syuriyah PCNU Surabaya pada 1985, Rais Syuriyah PCNU Surabaya pada 1990, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur pada 1990-an, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur pada 1990-an, Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020, dan Rais ‘Aam PBNU dari 2018 sampai sekarang.
Dalam perjalanan khidmahnya di NU, Kiai Miftach merasa belum pantas untuk menerima amanah demi amanah di NU. “Pokoknya semua mulai dari PCNU Surabaya dan PWNU Jawa Timur ketika diminta, saya selalu menolak,” pungkasnya.
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Syakir NF
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua