Kediri, NU Online
Pengasuh Pesantren Assa’iddiyah Kota Kediri, Jawa Timur, KH Anwar Iskandar menyampaikan bahwa menghadapi fitnah lebih berat daripada menghadapi Covid-19. Hal itu disampaikan Kiai Anwar pada acara Istighotsah dan do’a Bersama Akhir Tahun 1442 H dan Awal tahun 1443 H yang diselenggarkan oleh PCNU Kota Kediri pada Senin (09/08) Sore.
Kiai Anwar menyatakan, Covid-19 dianggap berbahaya karena bisa merusak organ penting dalam tubuh manusia bahkan bisa menyebabkan kematian, tetapi sebenarnya ada yang lebih berbahaya, yaitu virus fitnah, adu domba dan hoaks. Virus tersebut dianggap lebih berbahaya karena bisa merusak sel dan organ persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
“Sesuatu yang bahayanya tidak kalah mengkhawatirkan yaitu bahayanya orang-orang yang menggunakan mulut atau jarinya memproduksi hoaks setiap hari, yang memproduksi berita-berita bohong, zaman Rasul namanya ifki, zaman Nabi Musa namanya iftiraq,” tegas Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur ini.
Saat ini, kata Kiai Anwar, kebohongan dan hoaks masih bertebaran di media sosial melalui narasi-narasi bernada fitnah dan adu domba, hal tersebut dianggap sangat membahayakan pada persatuan dan kesatuan bangsa yang telah dibangun oleh para pendahulu dan founding fathers.
“Oleh karena itu, kata kunci penting sekali untuk kita perhatikan adalah sinergitas, bergandeng tangan. Menghadapi virus Covid-19 kita bergandeng tangan dengan segala potensi yang ada, menghadapi virus pemecah belah persatuan bangsa, kita juga perlu bergandeng tangan,” tutur Kiai Alumni Pesantren Lirboyo ini.
Kiai Anwar juga memahami pandemi Covid-19 yang sudah berjalan lebih dari 1 tahun ini telah memberi dampak buruk pada ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Namun demikian, ia mengajak masyarakat agar tidak pernah lelah dalam menjaga dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Dikatakan Kiai Anwar, melakukan kritik terhadap pemerintah adalah hal biasa, misalnya mengkritisi pemerintah dalam penanganan pandemi. Namun demikian, cara penyampaiannya harus dibarengi dengan akhlakul karimah, jangan sampai mengarah pada penggulingan kekuasaan yang sah.
“Kitab apapun dari Ahlussunnah wal Jama’ah mengharamkan untuk melakukan makar, kalau kritik bagian dari amar ma’ruf nahi munkar, itu sebuah keniscayaan,” pungkasnya.
Kontributor: Ahmad Nahrowi
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua