Dalam jumlah calon peserta didik, menurut Kiai Asep untuk tahun ajaran baru ini hanya menampung 700 siswa untuk tingkat SMP. Orang melihat 700 adalah angka yang kecil untuk dalam kontesk murid baru. Tetapi, dari sisi bisnis, jumlah tersebut setara dengan modal untuk mendirikan dua buah SPBU.
"Kami memiliki moto, Sekolah, unggul, mutu, dan berakhlakul karimah, terjangkau oleh lapisan masyarakat yang berminat," katanya pada kegiatan Halaqah Ramadhan Pergunu di Gedung PBNU Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Sabtu (25/5).
Untuk tingkat perguruan tinggi, saat ini Institut Saifuddin Chalim telah memiliki jurusan S1 dan S2. Dan tahun menargetkan membuka jurusan S3. "Ini semua untuk peningkatan kualitas, idealisme kita berjuang untuk tujuan akhirnya yaitu melindungi NKRI," kata Kiai Asep.
(Baca: Ketum Pergunu Ingatkan Tugas Guru NU Menyebarkan Moderasi)
(Baca: Halaqah Pergunu Kuatkan Kewirausahaan dan Peran Pemersatu Bangsa)
Melindungi Indonesia harus dimulai dengan kualitas pendidikan para guru NU maupun sekolah-sekolah di mana para guru NU mengajar. Sebab, jika NU tidak berhasil mengimbangi pendidikan yang dikelola oleh kelompok radikal, sementara kelompok radikal begitu massif merebut perhatian masyarakat, Kiai Asep khawatir Indonesia sama keadaannya dengan Yaman, Syiria, Afganisatan, Irak dan negara-negara Timur Tengah lainnya yang dipenuhi peperangan atas nama Islam.
Menjadi keyakinan bersama-sama, bahwa peningkatan dan pembuktian kualitas pendidikan Pergunu menjadi modal selain idealisme menerapkan pemahaman moderat. Lagipula, lanjut Kiai Asep, jika Pergunu mampu membuktikan kualitas maka tidak usah gusar jika sekolah-sekolah di daerah tidak mendapatkan Biaya Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah.
Kementerian Agama, kata dia, idealnya dapat menganggarkan dana bantuan operasional madrasah. Dengan anggaran yang rasional dan sesuai ketentuan yang berlaku, dana bantuan tersebut menjadi dukungan bagi madrasah. "Tetapi juga kita melalui lembaga pendidikan melakukan upaya keras kemandirian. Itu pasti," tegasnya.
Kiai Asep meminta para guru Pergunu agar jangan mudah putus asa atau mudah mengeluh, karena akan berkutat di satu titik saja. Kiai Asep mendorong agar Pergunu dapat berpikir dan mampu menunjukkan apa yang bisa diupayakan. Ia mencontohkan langkah tersebut dilakukan di Institut Saifuddin Chalim.
"Terus meningkatkan kualitas, akreditasi semua tahun ini kita upayakan B, tahun depannya A. Karena kalau tidak begitu, tidak mungkin (lembaga pendidikan kita) dijual di luar negeri," katanya.
Halaqah Ramadhan Pergunu dirangkai dengan diskusi dan bedah buku Manajemen Kemitraan, dan diakhiri buka puasa bersama. Bedah buku sebagai bekal kemandirian guru-guru NU melalui bidang kewirausahaan. Selain oleh guru-guru NU di DKI Jakarta, halaqah juga diikuti para guru NU dari Bandung, Bogor, Tasikmalaya, dan Banten. Hadir juga perwakilan dari organisasi profesi guru lainnya.
Adapun para pembicara yang hadir selain Ketua Umum Pergunu, KH Asep Saifuddin Chalim; adalah penulis buku Manajemen Kemitraan, Romi Siswanto; Direktur Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama, Imam Safei; Dewan Pakar Pergunu yang juga Rektor Universitas Terbuka, Ojat Darojat; pegiat pendidikan asal Jawa Timur, Hudiyono; Pengurus Pergunu, Ilyas Indra.
Halaqah diadakan untuk membekali guru-guru NU dalam penguatan program Guru NU Pemersatu Bangsa dan jiwa kewirausahaan guru atau Teacherpreneur. (Kendi Setiawan)