Kiai Miftach Sebut Anugerah Tanpa Kebijaksanaan Sebabkan Ekonomi Tertahan
NU Online · Jumat, 12 September 2025 | 18:00 WIB
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat pengajian kitab Al-Hikam. (Foto: tangkapan layar kanal Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Surabaya, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyampaikan, seseorang yang mengalami kegagalan pada dasarnya ia mendapatkan anugerah dari Allah. Sebab, ia berkesempatan muhasabah dan menyandarkan diri kepada Allah.
Hal itu ia sampaikan saat Ngaji Kitab Syarah Al-Hikam di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Jalan Kedung Tarukan No 100, Surabaya, Jawa Timur pada Jumat (12/9/2025).
Sebaliknya, lanjut Kiai Miftach, seseorang yang mendapatkan anugerah keberhasilan sejatinya berhadapan dengan malapetaka. Pasalnya, tak sedikit seseorang yang mencapai derajat atau jabatan tertentu, tetapi tak diimbangi dengan pengetahuan dan kebijaksanaan.
Akibatnya, orang tersebut terlena dengan capaiannya. Hingga alih-alih menenangkan, anugerah tersebut justru menyeret pemiliknya ke jurang kezaliman.
"Sikap orang seperti ini yang menyebabkan ekonomi orang lain terganggu, tertahan untuk mendapatkan kewajaran-kewajaran hidup, rezekinya berkurang," katanya setelah menyebut kasus pengusaha migas dalam Kanal Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar.
Kiai Miftach menjelaskan, peran manusia adalah memakmurkan bumi. Dengan kemampuan menalar dan menghitungnya, manusia ditugaskan mengelola setiap lini kehidupan.
Dalam kesempatan itu, ia juga menegaskan bahwa manusia seyogyanya mempunyai kesadaran terhadap Allah selaku Dzat Penentu segala persoalan. Menurutnya, kesadaran ini mampu membatasi manusia dari tindakan sewenang-wenang.
"(Kesadaran) ini akan melahirkan sikap kehati-hatian, tidak ngomong sembarangan, tanpa kontrol dan tanpa dasar," jelasnya.
Seseorang yang terhubung dengan Allah dalam kondisi senang maupun susah, jelas Kiai Miftach, ibarat hp yang bersinyal kuat. Keinginan tertentu seseorang dapat dengan mudah digapai manakala sinyal kuat tersedia.
"Bila sinyal hati ini kuat, terhubung dengan Allah. Jangankan kita minta secara lisan, cukup dengan dorongan hati saja Allah akan menuruti, mengabulkan," ujarnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua