Nasional

Kirim 20 Santri ke Amerika Serikat, Dirjen Pendis Dorong Pesantren Kejar Kemajuan

Rabu, 9 Oktober 2024 | 14:00 WIB

Kirim 20 Santri ke Amerika Serikat, Dirjen Pendis Dorong Pesantren Kejar Kemajuan

Dirjen Pendis Kemenag Abu Rokhmad saat menerima 20 santri yang akan dikirim ke Amerika Serikat, Rabu (9/10/2024). (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Kementerian Agama melalui Dana Abadi Pesantren memberikan beasiswa kepada 20 santri ke Amerika Serikat untuk studi selama dua bulan, Oktober-Desember 2024, dalam program Micro Credential.


Mereka akan belajar di American Islamic College (AIC) di Chicago, tinggal di Lutheran School of Theology at Chicago (LTS), serta berdiskusi tentang dialog antar dan intrakepercayaan.


Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag Prof Abu Rokhmad menerima 20 santri terseleksi dari seluruh Indonesia itu di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (8/10/2024).


Abu menyampaikan bahwa pengiriman santri ke Amerika Serikat ini untuk memberikan pengalaman agar mereka melihat kemajuan negeri adidaya itu dan mengaplikasikannya di pesantren.


"Kalian dapat membayangkan, pesantren bisa nggak mengejar kemajuan seperti itu? Semangat belajarnya seperti itu," ujarnya.


Ia menaruh harapan di pundak 20 santri itu untuk menularkan pengalamannya kepada sivitas akademika pesantrennya.


"Kalian akan menularkan pengalaman kalian di sana meskipun tidak terlalu lama," katanya.


Ia mengingatkan bahwa kehadiran mereka ke Negeri Paman Sam itu bukan untuk jalan-jalan, tetapi untuk mengaji dengan kitab yang tentu berbeda dari yang biasa dipelajari di pesantren.


Meski demikian, ia meminta untuk tidak terlalu tertekan dengan kegiatan di sana. Karenanya, ia menyampaikan bahwa healing juga penting untuk menekan stres yang mungkin bakal mendera.


"Di sana jangan stres, kabarkan yang baik-baik pada keluarga. Kalau sedikit homesick, sabar karena programnya tidak lama," katanya.


Ia berharap agar pengalaman terbaik di sana bisa dibagikan kepada para santri di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk dapat memotivasi mereka agar terus berupaya memajukan pesantren.


Guru Besar UIN Walisongo Semarang itu menegaskan bahwa pengiriman santri ini dibiayai Dana Abadi Pesantren. Kemenag berupaya agar pengelolaan dana tersebut dapat bermanfaat maksimal.


"Yang kami pikirkan dana yang tidak terlalu besar ini membawa manfaat yang besar bagi dunia pesantren," katanya.


Koordinator Dana Abadi Pesantren (DAP) Mahrus menyampaikan bahwa Micro Credential ke Amerika ini merupakan program yang prestisius. Karenanya, ia mengucapkan selamat kepada seluruh peserta yang telah serius mengikuti program ini.


"Dengan niat baik untuk memajukan pesantren, khidmah terhadap bangsa dan negara, dan juga untuk pengembangan potensi diri di negara adikuasa," ujarnya.


Ia menegaskan bahwa Amerika merupakan negara adikuasa. Sementara Chicago merupakan satu kota penting di Amerika yang tidak kalah dari tempat lain, khususnya dalam rangka menimba ilmu.


Mahrus juga menyampaikan bahwa program ini merupakan interreligious studies, bukan semata moderasi beragama. "Ini menjadi bagian penting bagi santri, kiai, dan pesantren, mengenal lebih jauh dan lebih dekat dengan kelompok yang berbeda di negara Amerika," katanya.


Ia juga sangat berterima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kesuksesan program ini, baik dari para pengurus yang membantu di dalam negeri, maupun profesor di Amerika yang telah menerima delegasi ini.


Sementara itu, PIC Program Micro Credential Ratnasari Nurhayati Yusuf menyampaikan bahwa program ini membuka diskusi para peserta di kelas dan di luar kelas melalui kunjungan ke sejumlah komunitas keagamaan, tokoh agama, dan tempat di Amerika.


Sementara itu, Ketua Delegasi Micro Credential Wardania Dewi Fitrotul Chusna menyampaikan bahwa pembekalan dari Kemenag dibantu USAID Teman LPDP sangat lengkap, mulai pembuatan visa hingga berbagai persiapan yang harus dilakukan setiap peserta.


"Alhamdulillah kami menerima pembekalan yang sangat lengkap dalam pre-departure orientation kami," ujarnya.


Selain dokumen dan pengepakan barang-barang yang akan dibawa, peserta berusaha mengenal satu sama lain dan mempersiapkan bahasa Inggris dengan baik.


Tidak hanya dokumen, Edy Setyawan, peserta Micro Credential, juga mempersiapkan diri berkenaan dengan materi dialog, khususnya dalam rangka memahami mengenai kampus AIC dan LSTC, serta pengetahuan tentang dialog antariman di Amerika, terutama di Chicago.


Keberangkatannya ini tentu memiliki misi khusus, yakni dapat berinteraksi dengan dunia akademik internasional dan menambah pundi-pundi pengetahuannya untuk disebar dan dikembangkan dengan para santri di Riau, tempatnya belajar dan mengajar.


"Saya ingin memperluas pengetahuan dan berinteraksi dengan ulama Islam internasional terutama tentang pendidikan Islam dan bagaimana Islam bertahan di negara adidaya ini," katanya.


Tidak hanya itu, ia juga ingin Islam di Riau, khususnya, dan Islam di Indonesia pada umumnya, dengan berbagai ciri khas yang ada, dapat diketahui oleh publik internasional.


"Saya ingin membagikan bagaimana menariknya Islam di Indonesia dan bagaimana Indonesia bisa menjadi komunitas Islam terbesar, bagaimana tolerannya Indonesia, dan bagaimana kami menghargai agama lain," katanya.


Para delegasi juga berkesempatan untuk berbincang langsung dengan pihak AIC dan LSTC melalui pertemuan virtual. Mereka mendapatkan berbagai informasi mengenai kehidupan yang bakal dijalani selama dua bulan di sana.