Jakarta, NU Online
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi atau lebih dikenal Habib Ali Kwitang adalah orang yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Salah satu sikap berbakti Habib Ali Kwitang adalah selalu datang ketika ibundanya memanggilnya, apapun kondisinya. Dikisahkan, pada saat Habib Ali Kwitang mengajar murid-murid di majelisnya, ibundanya, Nyai Salmah, tiba-tiba memanggilnya untuk diantarkan ke kamar mandi. Habib Ali Kwitang kemudian meminta izin kepada para jamaahnya dan langsung menemui ibundanya.
Dia kemudian menggendong ibundanya ke kamar mandi hingga balik ke kamarnya lagi. Setelah ‘urusannya’ dengan ibundanya selesai, Habib Ali Kwitang baru melanjutkan mengajar murid-muridnya. Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, namun berkali-kali selama ibundanya hidup.
“Dan itu berlangsung selama ibunya masih ada,” kata Kolektor Arsip Habib Ali Kwitang Anto Jibril saat mengisi acara Kajian Manuskrip Ulama Nusantara yang diselenggarakan Islam Nusantara Center (INC) di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (27/4).
Anto menceritakan, pada kesempatan lain Habib Ali Kwitang pernah diundang untuk memberikan ‘sebuah pengajaran’ di Singapura. Ketika itu Habib Ali Kwitang hendak meminta izin kepada ibundanya, Nyai Salmah, untuk menghadiri undangan tersebut. Namun ibundanya tertidur. Karena takut ketinggalan, maka Habib Ali Kwitang langsung naik kapal di Tanjung Priok dan ikut berlayar ke Singapura.
Beberapa saat setelah itu, lanjut Anto, Nyai Salmah terbangun dan bertanya kepada Syarifah Aisyah Assegaf –istri Habib Ali Kwitang- tentang keberadaan anaknya. Maka dijawab kalau Habib Ali Kwitang sedang dalam perjalanan ke Singapura untuk menghadiri undangan. Karena anaknya tidak kunjung pulang hingga sore hari, Nyai Salmah kemudian meminta Habib Ali Kwitang untuk segera pulang.
“Sorenya (Nyai Salmah) tanya lagi, mana Habib Ali? Mungkin karenanya ibunya lugu, menyangka kalau Singapura itu Tanah Abang mungkin. Jadi kata Nyai Salmah kepada menantunya, 'bilang sama Ali, pulang,” katanya.
Nyai Salmah kemudian langsung mengirim telegram kepada panitia agar Habib Ali Kwitang diminta untuk segera pulang. Ketika Habib Ali Kwitang turun dari kapal di pelabuhan Singapura, panitia memberitahu kalau ada telegram dari ibudanya yang menyuruhnya pulang. Seketika itu pula, Habib Ali Kwitang langsung meminta tiket pulang ke Batavia. Tidak jadi menghadiri undangan di Singapura.
“Jadi Habib Ali itu sangat cinta kepada ibunya. Habib Ali kalau buka kitab tentang bakti kepada orang tua, (dia) nangis dan yang mendengarkan juga nangis,” tukasnya. (Red: Muchlishon)