Nasional

Kunci Utama Dunia Kerja: Kompetensi Digital dan Adaptif

NU Online  ·  Kamis, 13 November 2025 | 12:00 WIB

Kunci Utama Dunia Kerja: Kompetensi Digital dan Adaptif

Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Agama RI, Abdul Rouf (tengah) dalam Acara Dialog Publik Tantangan Kerja Masa Depan: Antara Butuh Relasi atau Kompetensi di Perpustkaan Nasional, Jakarta pada Rabu (12/11/2025). (Foto TVNU/Budi)

Jakarta, NU Online

 

Perubahan cepat di dunia kerja menuntut tenaga kerja Indonesia untuk memiliki keterampilan yang relevan, adaptif, dan terus berkembang.

 

Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Agama RI Abdul Rouf menegaskan bahwa tantangan utama saat ini bukanlah hilangnya pekerjaan secara absolut, melainkan perputaran pekerjaan yang masif akibat transformasi digital.

 

Ia mengungkapkan bahwa kondisi ini menciptakan kebutuhan mendesak untuk melakukan reskilling dan upskilling secara berkelanjutan yang menjadi kunci utama bagi tenaga kerja saat ini.

 

“Kompetensi masa depan menuntut penguasaan keterampilan digital, sosio-emosional, komunikasi, serta pola pikir pembelajaran seumur hidup. Keterampilan digital kini menjadi kompetensi dasar yang wajib dikuasai,” ujar Abdul dalam Acara Dialog Publik Tantangan Kerja Masa Depan: Antara Butuh Relasi atau Kompetensi di Perpustkaan Nasional, Jakarta pada Rabu (12/11/2025).

 

Abdul juga memaparkan sejumlah jenis pekerjaan masa depan yang paling dibutuhkan, seperti data analyst, AI engineer, cybersecurity analyst, digital marketing specialist, UI/UX designer, hingga renewable energy specialist.

 

“Pekerjaan-pekerjaan itu yang akan tetap eksis sampai tahun depan dan tahun-tahun seterusnya,” katanya.

 

Menurutnya, dunia kerja kini menekankan pada kemampuan, bukan sekadar gelar akademik. Ia menambahkan, kemampuan empati, kolaborasi, dan ketangguhan menjadi pembeda utama manusia dari mesin di era kecerdasan buatan.

 

“Jadi, tidak perlu takut kalau digantikan dengan AI (kecerdasakan buatan) selama sahabat-sahabati terus meningkatkan skill atau keterampilan yang kalian punya,” katanya.

 

Sementara itu, Ketua KOPRI PB PMII Wulan Sari AS menyoroti pentingnya kesetaraan akses terhadap pelatihan berbasis kompetensi, terutama bagi perempuan.

 

“Perempuan harus terus melatih kemampuan yang dimiliki, baik soft skill maupun hard skill, agar tidak tertinggal dan mampu bersaing secara setara,” ujarnya.

 

Ia menilai kesetaraan pelatihan bukan sekadar isu gender, tetapi bagian dari upaya membangun bangsa yang inklusif dan berkeadilan.

 

“Ketika perempuan diberdayakan melalui pelatihan dan kompetensi, maka mereka tidak hanya meningkatkan kapasitas diri, tetapi memberikan kontribusi nyata bagi keluarganya,” ucapnya.

 

Zainul Munasichin, selaku anggota Komisi IX DPR RI, menekankan perlunya strategi nasional berbasis kompetensi dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan.

 

“Kami berupaya mengoptimalkan sistem yang menyiapkan tenaga kerja unggul melalui sertifikasi kompetensi dan keterpaduan antara pendidikan, pelatihan, dan industri, yang kualitasnya diakui secara nasional hingga internasional,” katanya.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang