Kuota 30 Persen Perempuan di Ruang Politik Belum Merata dan Masih Jauh dari Harapan
NU Online · Sabtu, 26 Oktober 2024 | 08:00 WIB

Diskusi buku Fikih Kepemimpinan Politik Perempuan yang digelar Islami.co dan Rumah KitaB di Outlier Cafe & Studio Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, pada Jumat (25/10/2024). (Foto: dok. istimewa)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Tangerang Selatan, NU Online
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dzuriyatun Toyibah menyatakan bahwa keterwakilan perempuan di panggung politik masih jauh dari harapan. Pasalnya, meskipun kuota minimal disediakan 30 persen tetapi belum merambah ke semua lini.
"Tapi faktanya keterwakilan perempuan di berbagai lini tidak lebih dari 15 persen," kata Dzuriyatun Toyibah saat diskusi buku Fikih Kepemimpinan Politik Perempuan yang digelar Islami.co dan Rumah KitaB di Outlier Cafe & Studio Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, pada Jumat (25/10/2024).
Hal itu, lanjutnya, dikarenakan penafsiran agama yang subordinatif terhadap perempuan masih merajalela. Selain itu, perempuan yang berjuang masih kerap mendapat stigma negatif dari sebagian laki-laki.
"Perempuan yang berkiprah di politik masih dianggap ambisius, yang lebih condong bermakna negatif," kata perempuan yang disapa Prof Ibah itu.
Prof Ibah juga mempertanyakan ketimpangan antara keterwakilan perempuan di bidang politik. Mengapa keterwakilan perempuan di dunia politik tidak sebanding dengan jumlah sumber daya perempuan yang tersedia?
Sebab itu, ia mengajak masyarakat agar bersama-sama berjuang menyuarakan partisipasi perempuan di ruang publik. Hal itu, karena limited resources membutuhkan kesungguhan dan keuletan bukan pemberian.
Sejalan, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta, Elva Farhi Qolbina mengatakan bahwa tantangan perempuan dalam politik adalah patriarkisme dan seksisme yang berkembang di partai.
Elva, sapaannya, lalu menceritakan pengalamannya saat menghadiri rapat dengan sejumlah petinggi partai setingkat Jakarta. Pada pertemuan tersebut Elva mendapatkan ungkapan yang bernada seksis dari salah satu hadirin saat itu.
"Nah gini dong, lain waktu ajak yang gini-gini," ujarnya menirukan pimpinan partai.
Sebelumnya, penulis buku Fikih Kepemimpinan Politik Perempuan Jamaluddin Mohammad menyatakan bahwa buku tersebut menjawab pertanyaan mendasar bagaimana partisipasi perempuan di ruang publik menurut Islam.
Jamal menjelaskan bahwa buku yang merupakan hasil diskusi tersebut menguraikan bagaimana Islam memandang hak-hak politik bagi perempuan beserta latar belakang sejarahnya.
Acara dihadiri pendiri Islami.co Savic Ali beserta seluruh organisasi di sekitar Ciputat. Acara juga disiarkan langsung melalui akun Youtube Islami.co dan Rumah KitaB.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Pentingnya Amanah dan Kejujuran di Tengah Krisis Kepercayaan Publik
2
Khutbah Jumat: Jangan Ikut Campur Urusan Orang, Fokus Perbaiki Diri
3
Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Menjauhi Lingkungan Pertemanan yang Toxic
5
3 Instruksi Ketum PBNU untuk Seluruh Kader pada Harlah Ke-91 GP Ansor
6
Ketum GP Ansor Kukuhkan 100.000 Banser Patriot Ketahanan Pangan, Tekankan soal Kemandirian
Terkini
Lihat Semua