Nasional

Lafal Wirid Setelah Shalat Witir

Selasa, 4 Maret 2025 | 14:00 WIB

Lafal Wirid Setelah Shalat Witir

Ilustrasi shalat witir. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Shalat witir melengkapi ibadah malam Ramadhan setelah shalat tarawih. Sebagaimana namanya, witir merupakan shalat sunnah dengan bilangan rakaat ganjil. Biasanya dilakukan 3 rakaat atau lebih, setelah bertarawih 20 rakaat.


Selepas shalat witir, umat Islam dianjurkan untuk membaca sejumlah dzikir untuk memperkuat keimanan kepada Allah swt.


Dalam artikel di NU Online berjudul Ini Susunan Wirid setelah Shalat Witir, Ustadz Alhafiz Kurniawan menjelaskan susunan lengkap wirid yang dibaca setelah shalat witir di bulan Ramadhan. Berikut bacaan wirid setelah shalat witir.


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

Asyhadu an lā ilāha illallāh


Artinya, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah"


أَسْتَغْفِرُ اللهَ

Astaghfirullāh


Artinya, "Aku memohon ampunan Allah."


 (X3) اَللّهُمَّ إِنِّيْ َأَسْأَلُك رِضَاك وَالْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِك مِنْ سَخَطِك وَالنَّارِ

Allāhumma innī as’aluka ridhāka wal jannah, wa a‘ūdzu bika min sakhathika wan nār (3 kali)


Artinya, “Tuhanku, aku memohon rida dan surga-Mu. Aku juga berlindung kepada (Rahmat)-Mu dari murka dan neraka-Mu.”


  (X3) سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Subhānal malikil quddūs (3 kali)


Artinya, “Mahasuci Tuhan yang Kudus.”


سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ المَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ

Subbūhun, quddūsun, rabbunā wa rabbul malā’ikati war rūh


Artinya, “Suci dan kudus Tuhan kami, Tuhan para malaikat dan Jibril.”


 (X3) اللَّهُمَّ إنَّك عَفْوٌ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Allāhumma innaka ‘afuwwun karīmun tuhibbul ‘afwa, fa‘fu ‘annī (3 kali)


Artinya, “Tuhanku, sungguh Kau maha pengampun lagi pemurah. Kau menyukai ampunan, oleh karenanya ampunilah aku.”


يَا كَرِيْمُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ  

Yā karīmu, bi rahmatika yā arhamar rāhimīna


Artinya, “Wahai Zat yang maha pemurah, (aku memohon) atas berkat rahmat-Mu, wahai Zat yang paling penyayang dari segenap penyayang.”


اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِرِضَاك مِنْ سَخَطِك وَبِمُعَافَاتِك مِنْ عُقُوبَتِك وَأَعُوذُ بِك مِنْك لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْك أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْت عَلَى نَفْسِك

Allāhumma inī a‘ūdzu bi ridhāka min sakhathika, wa bi mu‘āfātika min ‘uqūbatika. Wa a‘ūdzu bika minka, lā uhshī tsanā’an alayka anta kamā atsnayta ‘alā nafsika.


Artinya, “Tuhanku, aku berlindung kepada ridha-Mu dari murka-Mu dan kepada afiat-Mu dari siksa-Mu. Aku meminta perlindungan-Mu dari murka-Mu. Aku tidak (sanggup) membilang pujian-Mu sebanyak Kau memuji diri-Mu sendiri,”