Nasional

Lima Alasan Childfree Tidak Islami

Sabtu, 11 September 2021 | 00:00 WIB

Lima Alasan Childfree Tidak Islami

Ilustrasi: Memiliki anak yang berbakti adalah salah satu parameter kebahagiaan menurut Rasulullah. Dengan pernikahan yang sengaja tidak memiliki anak (childfree) menghilangkan parameter ini.

Jakarta, NU Online

Akhir-akhir ini, pandangan pernikahan tanpa memiliki anak (childfree) kembali mencuat ke publik. Dosen Akhwalusyaksiyah Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Hayaturrohman, menjelaskan pandangan Islam terkait childfree.

 

Pada Workshop Daring Childfree dalam Pandangan Hukum Islam, Jumat (10/9/2021), Hayaturrohman mengatakan bahwa childfree dapat dianggap sebagai suatu tindakan yang kurang islami ditinjau dari beberapa alasan. Dalam workshop yang terselenggara berkat kerja sama NU Online dan UNUSIA, ia memaparkan setidaknya terdapat lima alasan yang menyebabkan childfree tampak dianggap kurang islami. 

 

Pertama, ia menjelaskan bahwa memiliki anak adalah fitrah dan di antara kebahagiaan orang tua adalah memiliki anak. Dengan pernikahan yang tidak diniatkan untuk memiliki anak, sama artinya dengan melanggar fitrah ini.

 

"Naluri manusia itu senang jika punya anak. Semisal ada orang tidak ingin punya anak, ini kan, bisa dibilang agak menyimpang," jelasnya.

 

Ia mengutip Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 14 yang artinya, "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda, pilihan, binatang-binatang ternak. Dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."

 

Kedua, ia menyebutkan bahwa memiliki anak dan mendidik dengan baik termasuk bagian dari sunah. Ia mengutip HR Ibnu Hibban pada Al-irwa’ nomor 1784. "Rasulullah saw memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, "Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan kalian di hadapan para nabi pada hari kiamat.’"

 

Alasan ketiga bahwa anak mendatangkan rezeki dengan izin Allah swt. Hal ini sesuai dengan Al-Qur'an Surat Al-Isra ayat 31 yang artinya, "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takur kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu."

 

Alasan keempat, anak adalah harapan orang tua ketika sudah tua. Ketika seseorang jadi tua renta kelak, yang paling ikhlas merawatnya adalah anaknya. 

 

Sementara alasan kelima, ia menyebutkan bahwa anak adalah amal jariyah paling berharga yang akan mendoakan orang tuanya ketika orang tua sudah meninggal dunia. Hal ini sesuai dengan hadist dari HR Ahmad, Ibnu Katsir berkata, "Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga." Maka ia pun bertanya, "Wahai Rabb-ku, bagaimana ini bisa terjadi? Allah menjawab, 'Berkat istighfar anakmu bagi dirimu.'"

 

Selain melalui kacamata Islam tersebut, ia juga menjelaskan apabila ditinjau dari sisi medis, wanita yang tidak pernah memiliki anak, atau mereka yang memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun, berpotensi lebih untuk terserang kanker rahim.

 

Kendati demikian, paparan quran-hadis serta tinjauan medis tersebut tidak lantas ditujukan untuk membuat childfree sebagai perbuatan yang terlarang. 

 

"Prinsipnya kan sama dengan azl. Yang dilarang itu zina, membunuh anak yang jelas ada, itu jelas tidak boleh. Namun, kalau ditarik ke konsep maslahat dan mudarat, mana yang maslahat dan tidak. Apabila childfree ini jadi pilihan, maka saya kira kemaslahatannya itu sedikit," paparnya. 

 

Paramater kebahagiaan

Rohman kemudian menambahkan bahwa terdapat empat parameter kebahagiaan versi Rasulullah, mengutip dari HR Dailami. Keempatnya adalah memiliki pasangan yang setia, memiliki anak yang berbakti, rezekinya tidak jauh dari rumahnya (di negaranya sendiri), dan teman-temannya adalah orang baik.

 

"Kalau orang (memilih) childfree, ya hilang (salah satu unsur dari empat parameter), kalau parameternya Rasulullah. Maka, dari hadis tadi, sepintas chilfree itu kurang islami," ujarnya. 

 

Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan