Inayah Wulandari mengungkapkan rasa senangnya dengan adanya Malam Pembacaan Puisi Hari Santri; Ketika Kiai Nyai Santrri Berpuisi; Pesantren tanpa Tanda Titik, di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Senin (16/10) malam.
Salah satu putri mendiang KH Abdurrahman Wahid itu mengingat sekitar tiga puluh tahun lalu, saat Gus Dur menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), banyak yang mengomentari dan menghujat, lantaran Gus Dur sebagai kiai tapi justru jadi Ketua DKJ yang mengurusi persoalan seni dan dianggap tidak Islami.
“Kiai kok ngurusi seni. Itu nggak boleh,” kata Inayah menirukan komentar negatif yang ditujukan kepada Gus Dur.
Keadaan itu berbalikan dengan sekarang.
“Malam ini Menteri Agama sendiri yang turun tangan mendekatkan santri dengan seni. Saya salah satu orang yang berbahagia,” urai perempuan yang aktif berteater itu.
Malam itu Inayah membacakan salah satu puisi yang terinspirasi dari ucapan KH Hasyim Asyari yang mengatakan bahwa antara negara dan agama bukanlah dua kutub yang berseberangan.
“Entah Mbah Hasyim yang terlalu visioner, atau kita yang tidak mau belajar, tetapi ucapan Mbah Hasyim itu di tahun 2017 ini sangat relevan dan bahkan sangat relevan,” ungkapnya. (Kendi Setiawan)