Meski Bukan Banom, NU Women Ingin Maksimalkan Sumbangsih Perempuan Nahdliyin
Selasa, 23 Agustus 2022 | 11:00 WIB
Para aktivis NU Women berpose dengan Ketua Umum PBNU usai upacara pembukaan kegiatan. (Foto: Dok. TVNU)
Syifa Arrahmah
Penulis
Jakarta, NU Online
Jelang hajatan besar 1 Abad NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merilis beberapa program kegiatan, salah satunya NU Women. NU Women merupakan gerakan yang dibentuk secara khusus untuk merenspon berbagai persoalan dan dinamika seputar isu-isu keperempuanan.
Hal itu disampaikan oleh Koordinator Acara NU Women Hj Maria Ulfah Anshor dalam wawancara digital bersama NU Online, Selasa (23/8/2022).
Ia juga mengatakan, pembentukan NU Women tidak bertujuan untuk menjadi Badan Otonom (Banom) baru NU. Tetapi, untuk memaksimalkan sumbangsih perempuan-perempuan Nahdliyin dalam menghadapi sejumlah fenonema perubahan besar dalam konteks beragama dan menjawab tentang bagaimana perempuan berperan dalam merespons isu-isu perempuan.
“NU Women bukan banom, NU Women bertujuan menguatkan peran pergerakkan perempuan dalam mengawal isu-isu terkini. Misalnya isu kesetaraan gender dan pencegahan kekerasan seksual,” kata Maria kepada NU Online.
Memaksimalkan peran perempuan NU, lanjut dia, penting dilakukan untuk menghadapi problematika perubahan paradigma peradaban global pada perempuan. “Di NU sendiri banyak tokoh yang meskipun tidak masuk ke struktural, tapi aktif dalam menyuarakan visi-misi NU,” ungkapnya.
Meski tidak tercatat, menurut dia para aktivis ini adalah perempuan yang cukup mempunyai pengaruh tidak hanya di lingkungan NU. Seringkali pemikiran maupun sikap-sikapnya menghadapi suatu permasahan ditunggu oleh penggerak perempuan lain.
“NU Women ini menjadi wadah bagi para perempuan aktivis tersebut,” tutur Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU) itu.
Bagi dia, NU Women merupakan tonggak sejarah gerakan perempuan NU maupun gerakan perempuan pada umumnya. “Jadi, NU Women ini harapannya adalah mempersatukan gerakan perempuan NU baik di struktural maupun kultural untuk sama-sama membangun peradaban baru yang dicitak-citakan NU,” jelas Maria.
Kendati demikian, tokoh yang juga menjabat sebagai Komisioner Komnas Perempuan itu tidak menampik bahwa sejak dulu NU telah memberi wadah yang besar bagi perempuan, seperti Muslimat NU dan Fatayat NU.
“Ini bentuk bahwa NU sangat menghargai peran perempuan sehingga memiliki banyak lembaga perempuan. Kita memanfaatkan NU Women ini sebagai wadah berkoordinasi semua banom perempuan untuk dapat memaksimalkan perannya di masyarakat,” tandas Maria.
Langkah progresif
Hal senada juga dikatakan oleh Ketua Organizing Committee (OC) NU Women Hj Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid bahwa pembentukan NU Women merupakan langkah progresif untuk menguatkan peran-peran banom perempuan NU.
“Ini merupakan sebuah langkah yang sangat progresif. Tentunya kita sangat mengapresasi terhadap langkah ini. Perempuan NU sebenarnya ruang perjumpaan di antara banyak jaringan-jaringan NU. Selama ini memang sudah ada, tetapi kita dipertemukan dalam sebuah gerakan besar,” kata Yenny.
Selain itu, lanjut dia, NU Women merupakan gerakan besar yang mempertemukan seluruh gerakan aktivis perempuan NU. “NU Women jadi ruang konsolidasi badan perempuan NU di tataran global. An-Nisa’u Nahdlatul Ulama (NU Women),” imbuh Direktur Wahid Foundation ini.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua