Syifa Arrahmah
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Organizing Committee (OC) NU Women Hj Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid menyebut bahwa dibentuknya NU Women semata-mata bukan hanya untuk mewadahi para aktivis perempuan NU. Namun difungsikan juga menjawab tiga tantangan besar zaman. Yaitu disrupsi, ekologi, dan emosi.
“NU Women ini selain sebagai wadah untuk memaksimalkan peran perempuan NU juga berfokus untuk menjawab tiga tantangan zaman,” terangnya pada kegiatan Workshop NU Women, di Hotel Novotel, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (20/8/2022).
Ia mengatakan, disrupsi menjadi tantangan pertama pada saat ini. Disrupsi telah menjadi bagian dari umat manusia, terjadi karena perubahan teknologi hingga perubahan gaya hidup.
“Ini adalah fenomena yang akan kita hadapi ketika hidup sebagai manusia, selalu akan ada disrupsi,” kata Direktur Wahid Foundation itu.
Misalnya, jelas dia, disrupsi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Karena mobilitas manusia lebih luas maka virus pun menyebar lebih cepat.
“Pandemi juga merupakan disrupsi yang mengakibatkan banyak dampak. Nah, ketika disrupsi terjadi kita harus membekali masyarakat kita dengan kemampuan untuk bertahan,” jelas Ketua Bidan Pengembangan Jaringan Internasional PBNU itu.
“Jadi resiliensi (kemampuan bangkit) harus ditingkatkan,” sambung Yenny.
Disrupsi akibat pandemi juga banyak menimbulkan terjadinya kekerasan seksual atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Menurutnya, hal itu terjadi karena intensitas pertemuan suami dan istri naik akibat gaya hidup yang berubah saat pandemi, ikut berpengaruh dalam fenomena peningkatan KDRT.
Sebab dalam beberapa kasus intensitas pertemuan yang bertambah akan menimbulkan gesekan.
“Selama pandemi orang banyak di rumah dan jarang bepergian. Karena terkurung lalu pola komunikasi antara suami-istri terkadang kurang baik sehingga terciptalah konflik-konflik kecil yang berakibat pada perlakuan KDRT,” ungkapnya.
Selanjutnya, kata Yenny, soal ekologi meliputi isu perubahan iklim dan dampaknya yang dihadapi seluruh manusia di dunia tak memandang suku, agama, negara. Isu perubahan iklim ini akan berpengaruh besar sekali terhadap manusia di manapun dia berada.
“Dan tantangan ketiga yaitu emosi. Terutama dengan media sosial, sebab manusia menjadi lebih eksklusif, manusia menjadi asosial dan kurang bergaul, manusia menjadi lebih mudah mengungkapkan emosinya dengan cara yang menyinggung perasaan,” katanya.
Adanya media sosial, bagi dia, membuat efek berbeda dari cara seseorang berinteraksi satu sama lain. Sehingga muncul bullying, hoaks, hate speech yang kecenderungannya membelah masyarakat.
“Lalu muncul kamu dukung saya atau kamu membenci saya. Kita harus hadapi ini," jelas dia.
Dari ketiga tantangan tersebut, Yenny yakin bahwa sudah saatnya NU membuat langkah-langkah pencegahan yang nyata dengan memberdayakan kaum perempuan di lingkungan NU. Hingga kemudian muncul gagasan untuk membentuk NU Women.
“Jadi, NU Women ini diarahkan untuk merespons tantangan-tantangan tersebut,” lanjut dia.
Lebih lanjut, ia menginformasikan langkah-langkah kunci yang akan dilakukan NU Women untuk mengatasi ketiga tantangan di atas. Pertama, dengan membentuk pelatihan ekonomi, lalu pelatihan tentang kesadaran perubahan iklim, dan persoalan yang berkaitan dengan tantangan global.
“Pelatihan pencegahan kekerasan seksual atau KDRT juga akan kita lakukan. Dan itu semua menjadi kegiatan kunci dari NU Women,” tandas Yenny.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua