Tangsel, NU Online
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi dengan masyarakat lainnya. Terlebih dalam merumuskan solusi atas suatu persoalan. Tak ayal, musyawarah menjadi media berunding guna menemukan jalan keluar paling tepat.
"Tidak akan rusak seseorang yang mau bermusyawarah," kata KH Muhammad Tohir, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Tangerang Selatan, mengutip ucapan Sayidina Ali bin Abi Thalib, saat memberikan sambutan pada Silaturahim dan Rembuk Warga NU Kota Tangerang Selatan, Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Kertamukti, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten, Ahad (4/8).
Lebih lanjut, Kiai Tohir menjelaskan bahwa Sayidina Ali bin Abi Thalib membagi manusia menjadi tiga macam. Pertama, manusia sempurna, yakni orang yang memiliki pendapat yang benar juga mau bermusyawarah. "Seseorang yang memiliki pendapat benar dan mau bermusyawarah," ujarnya.
Jenis kedua, lanjutnya, adalah setengah manusia. Orang yang termasuk ke dalam jenis ini dialah yang memiliki pandangan yang benar, tetapi enggan melakukan musyawarah. "Seseorang yang memiliki pendapat benar, tetapi tidak mau bermusyawarah," jelasnya.
Sebagai Nahdliyin, menurutnya, harus berkumpul untuk bermusyawarah dan mengungkapkan pandangan terbaiknya untuk kemajuan NU ke depan lebih baik lagi.
Sementara itu, orang ketiga yang diungkapkan oleh ayahanda Sayidina Hasan dan Sayidina Husein itu, jelasnya, adalah manusia yang sesungguhnya tidak ada apa-apanya. "Tidak punya pendapat benar dan tidak mau bermusyawarah," katanya.
Di samping itu, ia juga mengungkapkan bahwa NU mampu mengintegrasikan dua cinta, yakni cinta pada agama dan cinta pada negara dalam satu tarikan nafas. "Mencintai dua-duanya masing-masing seratus persen," katanya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten KH Bunyamin menyampaikan bahwa NU akan tetap kokoh meski berbagai pihak menginginkan bubar. "Insyaallah (NU) akan tetap berkibar," tegasnya.
Keyakinan itu ia dasarkan pada kelahiran NU yang penuh dengan tirakat dan riyadlah para pendirinya. Sampai pun pada pembuatan lambangnya, juga didasarkan atas pemikiran dan tirakat yang cukup panjang.
Kegiatan ini dihadiri warga NU se-Kota Tangerang Selatan. Hadir pula Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Masykuri Abdillah, A'wan PBNU sekaligus Rektor Institut Ilmu Al-Qur'an Hj Chuzaimah Tahido Yanggo, Tokoh NU Kota Tangerang Selatan Hj Siti Nur Azizah, dan penulis buku Seri Islam Nusantara, Ahmad Baso. (Syakir NF/Kendi Setiawan)