Nasional

Ngaji Kitab Al-Hikam, Gus Ulil: Menjalani Hidup Sesuai Maqam Membuat Hati Tenang

NU Online  ·  Ahad, 2 November 2025 | 17:00 WIB

Ngaji Kitab Al-Hikam, Gus Ulil: Menjalani Hidup Sesuai Maqam Membuat Hati Tenang

Gus Ulil Abshar Abdalla saat mengampu Ngaji Kitab Al-Hikam di kediamannya, Jatibening, Bekasi, Jawa Barat, pada Ahad (2/11/2025). (Foto: dok. Ghazalia College)

Bekasi, NU Online

 

Pengasuh Ghazalia College KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) menyampaikan pentingnya setiap orang mengenali dan menjalani maqam (posisi spiritual) yang telah Allah tetapkan dalam hidupnya. 

 

Hal itu disampaikan dalam pengajian Kitab Al-Hikam karya Ibnu Atha’illah as-Sakandari, di Jatibening, Kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad (2/11/2025).

 

Pada pertemuan ini, Gus Ulil menjelaskan hikmah kedua dalam Al-Hikam yang membahas keseimbangan antara maqam tajrid dan maqam asbab.

 

Tajrid adalah keadaan seseorang yang fokus pada ibadah batin dan menjauh dari urusan-urusan keduniaan. Sementara asbab adalah keadaan seseorang yang terlibat dalam aktivitas sosial, bekerja, dan membangun kehidupan dunia.

 

Menurutnya, mayoritas manusia berada dalam maqam asbab yaitu harus bekerja dan berperan di tengah masyarakat. Karena itu, keinginan untuk meninggalkan aktivitas sosial dan beralasan ingin beribadah, padahal bukan pada maqamnya, merupakan “syahwat halus” atau kecenderungan batin yang tidak tampak.

 

"Misalnya seseorang seharusnya bekerja, menghidupi keluarga, tetapi memilih berdiam di masjid atas nama ibadah. Itu tampak baik, tetapi bila tujuannya lari dari tanggung jawab, maka itu tetap syahwat,” ujar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

 

Sebaliknya, orang yang memang berada pada maqam tajrid justru tidak perlu memaksakan diri untuk memasuki maqam asbab, karena hal tersebut berarti menurunkan derajat spiritualnya.

 

Gus Ulil menggambarkan maqam setiap orang seperti ukuran pakaian yang telah ditentukan oleh Allah. Tidak setiap orang memiliki ukuran yang sama.

 

“Seperti baju, ada ukuran S, M, L, dan XL. Bila tubuh kita ukuran L tetapi memaksa memakai baju S, rasanya tidak enak, sempit, dan menyiksa. Begitu juga dalam batin. Hidup yang tidak sesuai maqam akan terasa tidak nyaman,” jelasnya.

 

Ciri orang yang mengetahui ukuran dirinya, lanjutnya, adalah hidup dengan tenang, tidak iri kepada orang lain, dan menjalani tugas hidupnya dengan lapang.

 

Karena itu, Gus Ulil mengajak jamaah untuk memohon petunjuk agar dapat mengenali maqam masing-masing dan menjalaninya dengan istiqamah.

 

“Doa kita adalah: Ya Allah, tunjukkan kepadaku ukuran diriku dan berikan kekuatan kepadaku untuk tetap di situ, tanpa iri kepada orang lain,” ungkapnya.

 

Pengajian Al-Hikam ini merupakan rangkaian kajian rutin bulanan yang dilaksanakan secara terbatas di kediaman Gus Ulil. Pada pertemuan sebelumnya, jamaah telah mengkaji hikmah pertama dari Kitab Al-Hikam.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang