Nasional

NU Bukan Koalisi atau Oposisi Pemerintah, Tapi Bersama Rakyat

Jumat, 3 Januari 2020 | 14:42 WIB

NU Bukan Koalisi atau Oposisi Pemerintah, Tapi Bersama Rakyat

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan bahwa posisi NU bukan sebagai koalisi atau oposisi pemerintah, melainkan bersama rakyat. NU mengadvokasi kepentingan-kepentingan rakyat, seperti dalam hal kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

"NU bersikap mengadvokasi bersama rakyat, peduli rakyat, prihatin dengan nasib rakyat, orang miskin. Itulah kerja-kerja berat kita sesuai dengan keputusan Muktamar (ke-33) NU di Jombang tiga hal yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi kecil, ekonomi mengenah ke bawah yang harus kita perhatikan," kata Kiai Said pada pembukaan Kejurnas dan Festival III di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta Timur, Jumat (3/1). Kejurnas diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-34 Pagar Nusa.

Kiai Said menyatakan bahwa NU tidak anti terhadap keberadaan konglomerat. Namun kiai alumnus Universitas Ummul Qura Mekkah, Arab Saudi ini mengingatkan konglomerat agar mengangkat derajat pengusaha kecil dan masyarakat yang ekonominya rendah, sehingga warga menjadi sejahtera sebagaimana cita-cita negara Indonesia.

"Tidak boleh kekayaan yang Allah berikan hanya dinikmati oleh segelintir orang saja," ucapnya.

Menurut kiai yang juga Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini, kekayaan alam yang ada di Indonesia seharusnya bisa untuk mensejahterakan warganya. Namun kenyataanya, kesejahteraan masyarakat Indonesia masih rendah. Hal itu disebutnya karena tidak terjadi pemerataan dan kekayaan hanya dikuasai oleh segelintir orang yang rakus. 

"Pemerintah harus hadir bersama rakyat kecil. Hadir di tengah kemiskinan rakyat, hadir di tengah-tengah kelemahan rakyat. Masih banyak orang miskin, masih banyak orang susah makan di pedesaan di daerah-daerah," ucapnya.

Secara lebih luas, ia juga mengemukakan bagaimana kekayaan alam yang besar, tetapi hingga kini di sejumlah negara berkembang seperti di negara-negara yang ada Afrika masih banyak orang yang kelaparan. Persoalan tersebut kembali ditegaskan sebagai dampak karrakusan segelintir orang.

"Orang Afrika masih kelaparan di mana-mana masih ada kelaparan, tapi kekayaan alam ini hanya dimonopoli oleh  kapitalis-kapitalis kelompok kecil saja. Ini kepedulian Nahdlatul Ulama yang sangat menantang, yang sangat berat," ucapnya.

Pewarta: Husni Sahal
Editor:Abdullah Alawi