Nasional

Nyai Sinta Nuriyah Ultah Ke-75, Alissa Wahid: Tak Putus Bela Mereka yang Lemah

Rabu, 8 Maret 2023 | 20:00 WIB

Nyai Sinta Nuriyah Ultah Ke-75, Alissa Wahid: Tak Putus Bela Mereka yang Lemah

Ilustrasi Gus Dur dan Nyai Sinta Nuriyah. (Foto: IG @alissawahid)

Jakarta, NU Online

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid berulang tahun ke-75, tepat pada peringatan Hari Perempuan Internasional, Rabu (8/3/2023) hari ini. 


Ketua PBNU sekaligus putri sulung Nyai Sinta dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid menyampaikan ucapan selamat ulang tahun sekaligus menghaturkan doa-doa untuk sang ibu.


"Selamat ulang tahun ke-75, ibunda. Semoga rahmat dan kasih sayang Allah SWT senantiasa melimpah," kata Alissa dalam cuitannya di twitter dilihat NU Online, Rabu (8/3/2023).


Alissa menyebut, Nyai Sinta Nuriyah sebagai Gusdurian sejati. Sebuah komunitas yang diisi oleh para pengagum, pencinta, dan penerus perjuangan Gus Dur sejak 2010.


"Ibuku, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid Gusdurian sejati. Pendamping dan penerus perjuangan Gus Dur. Yang tak putus memberikan pembelaan dan hatinya kepada mereka yang lemah," ujar Alissa yang mengemban amanah sebagai Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian itu.


Puisi Alissa untuk Nyai Sinta

Alissa Wahid juga mempersembahkan sebuah puisi khusus untuk Nyai Sinta Nuriyah. Di dalam puisi ini, Alissa banyak menjelaskan peran Nyai Sinta sebagai ibu bangsa yang menjadi tempat berkeluh kesah bagi seluruh warga negara, tanpa terkecuali.


Keterbatasan fisik yang dialami akibat kecelakaan sejak 30 tahun lalu, tak membuat Nyai Sinta memiliki batas kepada semua elemen masyarakat. Hal ini dibuktikan Nyai Sinta dengan berkeliling menyapa masyarakat melalui program sahur keliling setiap Ramadhan.  


Berikut persembahan puisi dari Alissa Wahid untuk Nyai Sinta Nuriyah yang diunggah sebagai keterangan foto di akun instagram @alissawahid, hari ini:


Gusdurian sejati.
Pendamping dan penerus perjuangan Gus Dur.
Kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dilambari ketauhidan, menjadi mantra perjuangannya.


Ibu bangsa,
Tempat sambat segala jenis warga nuswantara,
Yang tak putus memberikan pembelaan dan hatinya kepada mereka yang lemah.
Yang Ramadhannya dihabiskan menyapa rakyat di 40-50 kota.


Kecelakaan mengharuskannya duduk di kursi roda, sudah hampir 30 tahun.
Tapi tak pernah menyurutkan langkahnya untuk tetap berjuang demi kemanusiaan.


Tirakatnya-lah yang kami yakini menjaga kami sekeluarga.
Sedari gadis, puasa Daud.
Sampai hari ini.
Bersahaja, tak lekat dengan kemewahan dan sikap sok kuasa.
Tak terjebak jabatan dan status sosial.


Dari beliau, kami belajar
bagaimana menjadi perempuan yang berdaya,
bagaimana menjadi difabel yang tidak terbatasi oleh keadaan apa pun,
bagaimana menjadi pendamping yang tangguh dan setia bagi suaminya,
bagaimana menjadi ibu yang kuat mendidik putri-putrinya,
bagaimana menjadi pejuang kemanusiaan yang welas asih,
dan di atas segalanya: bagaimana teguh ikhlas dan tawakkal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas jalan hidup apa pun yang diberikan-Nya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad