Pagar Nusa Teguhkan Peran Kiai sebagai Penjaga Akhlak Bangsa
NU Online · Selasa, 21 Oktober 2025 | 22:00 WIB
Gus Nabil Haroen saat menyampaikan orasi dalam Aksi Bela Kiai yang digagas PP Pagar Nusa, di Jakarta, pada Selasa (21/10/2025). (Foto: dok. Pagar Nusa)
Mufidah Adzkia
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat (PP) Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa menggelar Aksi Bela Kiai di Kantor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) serta Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) di Jakarta, pada Selasa (21/10/2025.
Ketua Umum PP Pagar Nusa M Nabil Haroen menegaskan bahwa Aksi Bela Kiai ini bukan hanya menjadi wadah penyampaian aspirasi, tetapi juga sarana meneguhkan kembali jati diri pesantren sebagai pusat peradaban dan kiai sebagai penjaga akhlak bangsa.
Dalam aksi yang berlangsung damai itu, ribuan pendekar Pagar Nusa memperagakan jurus salam 12 gerakan secara serempak. Gerakan tersebut bukan sekadar ilmu bela diri, tetapi simbol kepasrahan kepada Allah, penghormatan kepada kiai, dan pengabdian kepada tanah air.
Gus Nabil menegaskan bahwa keberkahan negeri ini sangat bergantung pada upaya negara menghormati kiai dan pesantren.
“Jika kiai dilecehkan, bukan hanya umat Islam yang tersakiti, tetapi marwah peradaban bangsa ikut terluka. Sebab kiai adalah pewaris para nabi, penjaga sanad keilmuan, dan paku bumi spiritual bangsa,” tegas Gus Nabil.
Ia juga menegaskan, perjuangan hari ini yang diwujudkan dalam Aksi Bela Kiai itu merupakan bentuk cinta, bukan amarah. Membela kiai bukan sekadar reaksi emosional, melainkan bagian dari menjaga etika publik agar tetap berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.
Pagar Nusa dalam tuntutannya meminta negara menegakkan amanat konstitusi dengan mencabut hak siar Trans7 atas pelanggaran yang dianggap berulang dan mencederai ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Menurut Gus Nabil, frekuensi bukan sekadar ruang siar, melainkan amanah umat dan karunia dari Allah yang harus digunakan untuk membawa kemaslahatan.
“Media memiliki tanggung jawab keumatan. Jika frekuensi dipakai untuk menyebar fitnah atau merendahkan kiai, maka hal itu bukan bagian dari kebebasan, tetapi kemunduran peradaban,” ujar Gus Nabil.
Ia mengatakan bahwa Aksi Bela Kiai ini menjadi pengingat bahwa membela kiai bukan hanya tugas santri, melainkan kewajiban moral seluruh bangsa. Sebab, dalam naungan kiai lahir akhlak, ilmu, dan peradaban.
"Selama shalawat bergema dan jurus salam ditegakkan, itu artinya pesantren masih hidup dan peradaban bangsa masih berdiri tegak," tegas Gus Nabil.
Ia menuturkan bahwa membela kiai adalah jalan menjaga martabat agama, sedangkan membela pesantren adalah cara menjaga negeri.
"Tanpa kiai, bangsa kehilangan penuntun. Dengan kiai, bangsa mendapatkan keberkahan," ucap Gus Nabil.
Aksi Bela Kiai yang dilakukan Pagar Nusa ini dihiasi lantunan shalawat, istighotsah, dan bacaan Maulid Nabi. Tatanan aksi mencerminkan adab santri yang bergerak dengan tertib, berbicara dengan sopan, dan menjunjung tinggi kedamaian.
Demonstrasi jurus salam Pagar Nusa 12 gerakan dilakukan sebagai bentuk tawasul bil harakah, sebuah doa yang diwujudkan dalam gerak, menandakan keteguhan hati untuk menjaga agama dan negara.
“Dalam jurus salam terdapat doa, dalam shalawat terdapat ketenangan jiwa. Inilah cara santri menunjukkan bahwa kekuatan sejati bukan hanya pada otot, tetapi pada adab dan keberkahan,” kata salah satu kiai pendamping aksi.
Aksi Bela Kiai ditutup dengan suasana persaudaraan. Salah satu momen yang menarik perhatian adalah adu panco persahabatan antara pendekar Pagar Nusa dan anggota kepolisian. Mereka tertawa bersama.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua