Nasional

'Paman Klungsu' Ingatkan Kekuasaan adalah Amanah

Kamis, 28 Juni 2018 | 22:00 WIB

'Paman Klungsu' Ingatkan Kekuasaan adalah Amanah

Cerpen Paman Klungsu dan Kuasa Peluitnya pada buku Cerpen Pilihan Kompas 2017.

Jakarta, NU Online
Sastrawan Ahmad Tohari menegaskan sekecil atau setinggi apa pun, harus diingat oleh pemegangnya bahwa kekuasaan, adalah sebuah amanah. Karenanya kekuasaan yang dipegang seseorang jangan dibikin kotor.

“Seperti peluit sebagai simbol kekuasan itu berbau busuk karena tidak pernah dicuci. Kalau kekuasaan menuruti tabiatnya yaitu semakin berkuasa semakin korup, ibarat peluit yang tidak pernah dicuci,” kata Tohari tentang cerpennya Paman Klungsu dan Kuasa Peluitnya usai Jamuan Cerpen Kompas, Kamis (28/6) malam di Jakarta.

Tohari menjelaskan cerpen tersebut lahir karena dirinya sering melakukan perenuangan, bahwa kekuasaan ternyata selalu dimanfaatkan sebagai alat untuk menyatakan dominasi seseorang. Melalui cerpen pertama terbit di Harian Kompas, Ahad, 5 Februari 2017 yang tersebut Tohari ingin mengingatkan bahwa kekuasaan adalah sarana untuk memberikan pengabdian, bukan untuk menindas ataupun menonjolkan diri.

“Kita yang sedikit banyak beriman, harus selalu ingat bahwa kekuasaan itu adalah amanat yang harus dipakai untuk melayani orang banyak,” tegasnya.

Bersama 20 cerpen lainnya, Paman Klungsu dan Kuasa Peluitnya masuk dalam Cerpen Pilihan Kompas 2017. Dua puluh satu cerpen dari 21 cerpenis adalah pilihan dari cerpen-cerpen yang terbit dalam tahun 2017. Para penulis berasal dari sejumlah kota di Indonesia. Karya mereka telah diseleksi oleh tim juri internal dan dibukukan, seperti yang telah berlangsung sejak acara ini mulai digelar tahun 1992. 

Dikutip dari kompas.com, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, acara Jamuan Cerpen Kompas merupakan ikhtiar untuk memberi apresiasi terhadap para penulis cerpen.

“Cerpen koran, khususnya Kompas, merupakan kontribusi kami untuk dunia sastra. Acara jamuan digelar bersamaan dengan ulang tahun ke-53 Harian Kompas,” katanya. (Kendi Setiawan)