PB PMII: Meski Didera Pandemi, Kaderisasi Tetap Jalan Terus
Selasa, 14 September 2021 | 00:30 WIB
Jakarta, NU Online
Sebagai organisasi kader, Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) memandang perlu terus melaksanakan kaderisasi kendati pandemi Covid-19 masih membayangi. Pemanfaatan teknologi pun menjadi solusi pengkaderan di masa kini.
Kesimpulan tersebut mengemuka dalam Seminar Coaching Clinic Kaderisasi Digital yang diinisasi Bidang Kaderisasi KOPRI Nasional PB PMII. Acara bertema Tranformasi Kaderisasi, Inovasi, dan Kolaborasi ini digelar melalui secara virtual pada Ahad (12/9/2021).
Ketua Umum Kopri PB PMII, Maya Muizatil Lutfillah, menyampaikan bahwa kaderisasi adalah jantung organisasi yang memberi pengaruh sangat besar terhadap tumbuh kembang kader, baik dalam mengoptimalkan potensi pengetahuan, sikap, emosional, maupun spiritual.
Baca juga: Kopri PMII Bertekad Jadi Wadah Solusi Permasalahan Perempuan
“Proses kaderisasi dituntut untuk mampu menginduksi pengembangan kapasitas, kreativitas, dan inovasi guna menjawab segala tantangan dan peluang zaman globalisasi yang terus berjalan,” tuturnya.
Perempuan kelahiran Pandeglang ini menambahkan, transformasi kaderisasi multidimensi adalah sistem baru untuk memperbaiki dan memaksimalkan potensi yang dimiliki kader sebagai role model dalam tata kelola kaderisasi.
“Transformasi kaderisasi di tubuh KOPRI memang memegang dua prinsip penting yaitu Kopri mandiri dan maju,” tandas Ketua PC Kopri PMII Kota Serang (2015-2016) ini.
Baca juga: Maksimalkan Potensi Kader, PMII Bakal Bentuk 15 Lembaga Profesi
Senada dengan Maya, Ketua Umum PB PMII M Abdullah Syukri dalam sambutannya mengatakan bahwa pandemi mengharuskan kita untuk terbiasa dengan kaderisasi berbasis teknologi.
“Dalam upaya digitalisasi kaderisasi, pandemi membawa kita secara paksa dalam artian positif untuk bertansformasi pada hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya, untuk terbiasa seperti yang kita lakukan saat ini. Kaderisasi ke depan harus benar-benar memanfaatkan teknologi,” ujarnya.
Seminar virtual ini menghadirkan empat narasumber, yakni Donny BU (Tenaga Ahli Menkominfo Bidang Tata Kelola dan Budaya Digital), Hijrotul Magfiroh (Field Specialist INGO), Shohib Essir (Alumnus Australia Nasional University), dan Putri Mediyanti (content creator Indonesia).
Donny BU mengungkapkan, hari ini dunia media sosial menjadi dunia yang sangat universal. Terutama untuk kalangan para pemuda. Privasi tidak seharusnya diposting dengan sembarangan karena dapat menimbulkan kesempatan kejahatan.
Baca juga: Gagasan Ketum PB PMII Dekatkan Mahasiswa dengan Organisasi Kampus
Menurut dia, Kemenkominfo telah memberi jaminan mengenai keamanan data pribadi. Saat ini data dan informasi sangat mudah tersebar. Oleh karena itu, ia berharap PMII terus melakukan kaderisasi dengan penyebaran informasi yang bermanfaat untuk diri sendiri, organisasi, dan negeri ini.
“Salah satunya dengan pemanfaatan media digital seperti yang teman-teman lakukan ini,” tandas Donny.
Ia menambahkan, media digital perlu diwaspadai karena dalam upaya pemulihan ekonomi nasional dan penanganan Covid-19 banyak celah tindak kejahatan. Maka, PMII wajib terlibat dalam penyebaran informasi yang baik melalui media digital.
“Saat ini kita harus melindungi data pribadi baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Maka, marilah bijak digital serta cakap digital,” tuturnya.
Shohib Essir mengungkapkan, aktivisme digital merupakan keniscayaan sehingga kita harus terlibat dan mengenali risikonya. Saat ini, yang berbahaya bukan bom atom atau nuklir, melainkan berita hoaks yang tersebar. Salah satu digital antifizem yang dilakukan oknum.
Sebagai salah satu konten kreator Indonesia, Putri Mediyanti mengajak para kader agar tetap percaya diri. “Kita harus mulai pede dan tahu apa passion pada diri kita. Just do it. Karena kita akan berkembang sesuai dengan apa yang kita lakukan,” ungkapnya.
Aktivis Fatayat NU, Hijrotul Maghfiroh, mengatakan bahwa para kader harus menikmati sebagai aktivis PMII. Kita mempunyai tanggung jawab dalam mengadvokasi kemerdekaan dan kebebasan akademik untuk mewujudkan kebebasan akademik di perguruan tinggi.
“Di era digital kita perlu beradaptasi digital dan memegang teguh apa yang harus diperjuangkan seperti kemerdekaan akademik,” tandas Firoh, sapaan akrabnya.
Pantauan NU Online, seminar virtual yang dimoderatori oleh Wulan Sari Aliyatus Sholihah ini yang digelar melalui Zoom Meeting. Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 WIB pagi ini dihadiri 251 peserta dari berbagai daerah.
Kontributor: Wulan Sari AS
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua