PBNU Sampaikan Upaya NU Mendamaikan Konflik di Afghanistan
Ahad, 26 September 2021 | 01:00 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj (kanan) dan Rais Aam KH Miftachul Akhyar pada Sidang Pleno Munas Konbes NU, Sabtu (25/9/2021) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)
Muhamad Abror
Kontributor
Jakarta, NU Online
Dunia tengah mengalami perubahan besar. Selain pandemi Covid-19 yang menimbulkan krisis cukup serius, masih banyak pula negeri-negeri yang mengalami krisis akibat konflik sebagaimana terjadi di Timur Tengah. Termasuk yang terbaru adalah konflik di Afghanistan. Dalam hal ini, NU turut berperan dalam upaya pendamaian di negeri-negeri konflik.
"Upaya NU mendamaikan konflik berkepanjangan di Afganistan semakin menemui titik terang ketika Afghanistan menghimpun diri dalam Nahdlatul Ulama,” papar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj saat melaporkan kinerja PBNU dalam Sidang Pleno di tengah-tengah Munas dan Konbes NU 2021 di Jakarta, Sabtu (25/9/2021).
Dalam forum yang bertajuk Islam Nusantara dan Kemandirian NU untuk Peradaban Dunia itu, Kiai Said mengungkapkan, melalui NU Afghanistan, upaya-upaya perdamaian semakin intensif dilakukan. Hasilnya pemerintah Afghanistan dan pihak Taliban sepakat untuk mengurangi kekerasan dan mengurangi jumlah korban sipil dalam konflik. Pada tahun 2019, beberapa delegasi Taliban berkunjung ke Indonesia.
"Ketika delegasi tersebut datang ke PBNU pada tanggal 30 Juli 2019, kami telah memberi masukan bagaimana membangun demokrasi di tengah kemajemukan," kata Kiai Said.
Dijelaskan oleh Kiai Said, sejak lama NU telah menggaungkan Islam Nusantara dan terus mendapatkan sambutan serta apresiasi yang luas di tingkat dunia, termasuk di Afghanistan. "Mereka secara terang-terangan menyatakan membutuhkan NU dalam mengatasi ancaman konflik sosial dan kemanusiaan yang terjadi," imbuhnya.
Menurut Kiai Said, stabilitas negara harus diutamakan terlebih dahulu sebelum berbicara tentang agama. Hal ini lah yang disampaikan NU kepada Afganistan dengan harapan bisa menjadi solusi konflik di sana. “Jika negara sudah berdiri dengan kuat, maka jaminan penduduk untuk melaksanakan kegiatan peribadatan dengan aman dan nyaman pasti tercapai,” tambah Kiai kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu.
Pentingya mencintai tanah air
Sejak awal, NU menekankan pentingnya ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama bangsa). Ukhuwah wathaniyah harus didahulukan daripada ukhuwah islamiyah (persudaraan lintas Muslim). “Tanpa negara, bagaimana umat Islam bisa melakukan kegiatan keagamaannya?” tutur Kiai Said.
Kiai Said mencontohkan pentingnya tanah air dari perjalanan hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. Nabi melakukan hijrah ke Madinah karena menyadari pentingnya memiliki tanah air (Madinah) sehingga dakwah Islam bisa berkembang dengan baik.
Sementara contoh nyata bangsa yang hancur karena tidak memiliki tanah air adalah seperti yang dialami oleh bangsa Kurdi. Akibat tidak memiliki tanah air, bangsa Kurdi tercerai berai ke berbagai negara, yaitu ke Turki, Irak, dan Suriah.
"Sebuah pepatah mengatakan, barang siapa yang tidak memiliki tanah air, ia tidak memiliki sejarah. Dan, barang siapa yang tidak memiliki sejarah, akan terlupakan," pungkas Kiai Said.
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua